LENTERAJATENG, SEMARANG – Pada umumnya pondok pesantren fokus dalam pembinaan Agama, terutama Islam dan berbagai ilmunya. Namun beda halnya dengan At Tauhid Semarang.
Berlokasi di Gayamsari, Pondok At Tauhid Semarang bukan hanya sebagai pondok pesantren saja tetapi juga sekaligus sebagai tempat rehabilitasi narkoba.
Program Manajer At Tauhid Semarang Singgih Pradipta menjelaskan dalam menyembuhkan santri pecandu menggunakan metode “psiko-religius”. Metode ini menggabungkan pendekatan sosial dan keagamaan.
“Kami melakukan semuanya dengan hati. Pakai kebijaksanaan dan toleransi. Kalau sudah beradaptasi kami arahkan mereka ke agama,” terang Singgih saat ditemui di pondoknya.
Ada sejumlah metode khusus yang digunakan di At-Tauhid, antara lain seperti terapi edukasi, mandi malam, elektromagnetik, manaqib dan hikmah.
Untuk terapi mandi malam dilakukan setiap malam Selasa legi dan Jumat Kliwon. Pelaksanaannya adalah pada pukul 12.00 malam.
“Gunanya untuk membersihkan aura negatif. Habis itu ada Mujahaddah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujarnya.
Kemudian yang selanjutnya adalah terapi elektromagnetik. Terapi ini digunakan untuk detoksifikasi racun dengan aliran listrik yang menggunakan alat Bio Energi Listrik Tipe Dwi 9 Premium.
“Tapi untuk terapi ini tidak semua pasien. Yang dalam kondisi berat-berat saja,” tambahnya.
Kemudian ada juga Terapi Manaqib. Yakni sejenis pengajian rutin lalu ada slametan dengan menggunakan tumpengan.
Terakhir yang tidak kalah menarik adalah Terapi Hikmah. Pada terapi ini para pasien akan diminta meminum air doa yang dilaksanakan pada pukul 12.00 WIB.
“Nantinya air yang diminum itu rasanya akan berbeda-beda. Tergantung isi hati kita,” kata Singgih
Pondok rehabilitasi At Tauhid ini didirikan oleh KH Muhammad Sastro Sugeng Al Haddad yang meninggal pada 2018 lalu.
Saat ini At Tauhid diteruskan oleh ketiga anaknya, Singgih Aris Nugroho, Singgih Yongki Nugroho, dan Singgih Pradipta.
Selain terapi, At Tauhid juga punya bimbingan khusus yang berbasis sosial, spiritual, fisik, dan keterampilan. Kata Singgih para pasien di sini tidak hanya disembuhkan, tapi juga dididik untuk jadi pribadi yang baik dan soleh.
“Jadi setelah keluar nanti tidak kambuh lagi dan berguna bagi masyarakat,” ujarnya.
Sedangkan selama Ramadan ini Singgih mengungungkapkan jika santrinya diarahkan untuk semakin mempertebal keimanan.
Agenda Ramadan di At Tauhid ini tidak berlangsung saat bulan puasa saja, tapi sebelumnya juga sudah dilakukan. Misalnya saja pada beberapa waktu yang lalu malam Nifsu Sya’ban mereka melakukan pengajian Manakib dan mandi malam.
Setelah melakukan ritual itu, para anggota pondok melakukan ziarah ke makam wali dan kyai besar yang ada di Kota dan Kabupaten Semarang.
“Misalnya saja Kyai Haji Soleh Darat, Kyai Saridin atau Mbah Syech Jangkung, kemudian Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan beberapa Kyai lainnya di Purwodadi,” pungkas Singgih. (ADI)