LenteraJateng, SEMARANG — Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, akrab dengan sapaan Buya Syafii meninggal dunia pada Jumat (27/5/2022). Buya Syafii menghembuskan nafas terakhirnya di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta pada usia 87 tahun.
Ulama sekaligus cendekiawan Muslim itu menorehkan penghargaan dari Pemerintah Filipina pada 2008 atas karya buku-bukunya. Semua orang mengenalnya sebagai tokoh bangsa dan sangat kental dengan toleransi dengan semua umat beragama.
Berikut Pesan Buya Syafii kepada Generasi Baru Muhammadiyah dan NU
Semasa hidupnya, Buya Syafii pernah berpesan kepada generasi baru Muhammadiyah dan NU terkait kebangsaan. Adapun pesan Buya Syafii saat itu antara lain;
- Muhammadiyah-NU mesti bergandengan tangan untuk menjaga keutuhan Indonesia dari segala macam tangan perusak, termasuk dari mereka yang memakai bendera agama;
- Muhammadiyah-NU yang mewakili arus utama Islam Indonesia harus semakin menancapkan jangkarnya di samudera Nusantara sedalam-dalamnya;
- Jangan lagi menguras energi untuk memburu kepentingan pragmatisme jangka pendek. Islam terlalu besar dan mulia untuk hanya jadi kendaraan duniawi yang bernilai rendah;
- Muhammadiyah-NU seharusnya tampil sebagai tenda besar bangsa dan negara;
- Kedua kubu santri ini dalam kaitannya dengan masalah kenegaraan mesti mengubah paradigma berpikirnya untuk tidak lagi terjebak “berebut lahan” dalam kementrian tertentu yang dapat mempersempit langkah besar ke depan;
- Sekiranya riak-riak kecil yang “agak aneh” yang menyusup ke dalam kedua Jamaah santri ini harus cepat disadarkan agar tubuhnya menjadi aman dan kebal terhadap serbuan ideologi impor yang sedang terkapar di tanah asalnya;
- Apabila benteng Muhammadiyah-NU jebol ditembus infiltrasi ideologi impor dengan teologi kebenaran tunggal, maka integrasi nasional Indonesia, akan goyah dan oleng. Oleh sebab itu, kedua arus besar komunitas santri ini harus tetap awas dan siaga dalam menghadapi segala kemungkinan buruk itu;
- Pertanyaannya kemudian adalah apakah generasi baru Muhammadiyah-NU yang lebih terbuka dan relatif punya radius pergaulan yang lebih luas bersedia keluar dari kotak-kotak sempit selama ini? Semestinya tidak ada alasan lagi untuk terus terkurung dalam lingkaran terbatas yang bisa menyesakkan napas dan sia-sia;
- Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) harus berpikir besar, saling membantu, dan saling berbagi;
- Muhammadiyah-NU adalah benteng utama untuk membendung infiltrasi ideologi yang telah kehilangan perspektif masa depan untuk Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan;
- Generasi Baru dari kedua arus utama ini mesti berpikir besar dan strategis dalam upaya menjaga dan mengawal kepentingan keindonesiaan yang kadang-kadang terasa masih goyah;
- Untuk melangkah kepada tujuan besar dan mulia itu, Muhammadiyah dan NU mesti mengembangkan sikap-sikap yang lebih dewasa dan terukur dalam menghadapi isu-isu semasa yang kadang-kadang dapat mengundang salah paham yang tidak perlu.
Editor: Puthut Ami Luhur