LenteraJateng, SEMARANG – Kisah-kisah ABK (Anak Buah Kapal) asal Indonesia alami, selama bekerja di kapal penangkap ikan berbendera negara asing tergambar dalam sebuah film. Film dokumenter yang akan tayang di beberapa Kota di Pulau Jawa, juga menampilkan video yang ABK buat dengan menggunakan telepon seluler mereka.
Ada yang bertahun-tahun tidak pulang ke rumah di kampung halaman. Kisah lain menceritakan, hanya mendapat upah Rp 2 ribu per jam. ABK lainnya menceritakan, mengenai kondisi makanan yang tidak layak konsumsi, tetapi mau tidak mau harus mengkonsumsinya tergambar dalam film tersebut.
Beberapa dari mereka, ada yang sakit dan tidak mendapatkan pengobatan yang layak dan bahkan meninggal di tengah laut. Ada yang jenazahnya kembali ke keluarga tetapi ada pula yang tanpa persetujuan keluarga, dilarung di tengah laut.
Semua itu dugaannya berawal dari ketika para ABK tersebut direkrut oleh agen penyalur tenaga kerja. Ada dugaan kuat, ABK-ABK tersebut menjadi korban praktik human trafficking di mana proses keberangkatan yang terkesan tidak jelas memperkuat adanya praktik tersebut.
Hal itu semua tergambar dalam Film Dokumenter Before You Eat yang mengisahkan cerita pada ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal penangkap ikan berbendera asing. Pada periode penayangan tahap awal, serangkaian kegiatan nonton bareng dan diskusi film berlangsung di lima kota. Lima kota tersebut adalah Tegal, Pemalang, Semarang, Cirebon dan Jakarta. Dari 13 sampai dengan 31 Maret 2022.
Film Before You Eat Tayang Perdana di Tegal
Pada penayangan perdana di Aula RM Cempako Demangharjo Tegal, Minggu (13/3/2022).
Kekerasan yang para ABK tersebut alami, kontrak kerja yang tidak jelas, dan muslihat agen-agen perekrutan serta prosedur pengiriman ABK yang sumir. Praktik-praktik tersebut, bisa menyebutnya sebagai perbudakan modern atau modern slavery.
Carut marutnya kondisi tenaga kerja Indonesia di kapal asing itu tidak lantas membuat pemerintah bertindak cepat. Meski beberapa kali kasus perbudakan modern mencuat dan terus memakan korban, ketegasan dan keseriusan pemerintah masih meragukan dalam menangani masalah ini.
Film Before You Eat membuka mata tentang apa yang terjadi di atas kapal penangkap ikan terutama kapal asing. Kemudian, carut marutnya proses pengiriman tenaga kerja. Juga tentang penangkapan ikan berlebihan dan penangkapan spesies yang dilindungi oleh undang undang.
Juga membuka pandangan, praktik illegal fishing yang kapal-kapal asing itu lakukan di perairan lepas. Sehingga bisa membuat berpikir kembali, ketika akan menikmati seporsi makanan laut yang lezat di atas meja restaurant mahal.
Film ini produksi oleh Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Greenpeace Indonesia ini. Kasan Kurdi menggarap Film Before You Eat, yang pada 2021 lalu berperan menjadi Director of Photography dalam film dokumenter “Pulau Plastik”.
Editor: Puthut Ami Luhur