LenteraJateng, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dukung produksi pangan nasional, dengan terus melanjutkan penyelesaian pembangunan 61 bendungan. Pembangunan bendungan di seluruh Indonesia sampai 2024 sebagai tambahan pasokan air irigasi lahan pertanian.
Dengan tambahan suplai air tersebut, Indonesia akan memenuhi ketahanan pangan nasional. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, bahwa kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air telah meningkatkan indeks pertamanan.
“Sehingga hasil produksi beras nasional juga meningkat,” kata Menteri Basuki Hadimuljono saat mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau Bendungan Sindangheula Serang, Banten, Jumat (17/6/2022).
Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia surplus beras sekitar 3 juta ton dan kini tidak impor beras lagi. Indeks Pertamanan rata-rata nasional berdasarkan BPS, saat ini sebesar 14 persen dengan air irigasi dari 231 bendungan.
Adanya tambahan 61 bendungan bisa naikkan indeks pertamanan, menjadi 200 persen.
Menteri Basuki berharap, tambahan 29 bendungan yang sudah tuntas dan 32 bendungan masih dalam pembangunan. Dengan demikian produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada 2045 dan Indonesia bisa surplus beras hingga 10 juta ton.
Satu bendungan yang sedang dalam pembangunan adalah, Sindangheula di Serang Banten dengan biaya Rp 458,9 miliar. Bendungan tersebut telah diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada 4 Maret 2021. Bendungan Sindangheula memiliki kapasitas tampung 9,3 juta meter kubik, dengan manfaat irigasi 1.289 hektar, air baku 800 liter per detik, dan potensi pembangkit listrik 0,4 Mega Watt.
Dua Strategi Pemerintah, Kementerian PUPR Dukung Produksi Pangan Nasional
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan. Pemerintah melakukan dua strategi utama yakni meningkatkan konversi padi ke beras dan meningkatkan indeks pertanaman.
“Meningkatkan indeks pertanaman dari 143 menjadi 200 persen dengan menyediakan tambahan pasokan air irigasi melalui pembangunan 61 bendungan dari 2015 hingga 2024. Hingga 2015, layanan air irigasi dari 231 bendungan mencapai 10,6 persen atau 761 ribu hektar,” tuturnya.
Ia menambahkan, dengan tambahan 61 bendungan pada 2024 maka layanan air irigasi dari 292 bendungan akan mencapai 19,3 persen atau 1,4 juta ha sawah irigasi.
Untuk meningkatkan indeks pertanaman Endra menyebutkan, Kementerian PUPR juga melakukan pekerjaan rehabilitasi 3,02 juta hektar jaringan irigasi. Selain, pembangunan 1,01 juta hektar jaringan irigasi baru.
Endra menyatakan, untuk mengantisipasi krisis pangan global, Indonesia akan memfokuskan pada tujuh komoditas pangan utama. Yaitu Beras, Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai, dan Sorgum.
Pada saat ini, tengah dikembangkan beberapa sentra produksi tanaman pangan melalui pengembangan Food Estate. Yaitu, di Sumut (Humbang Hasundutan) dengan target luasan 20 ribu hektar dengan komoditas bawang merah dan bawang putih, dan Kalteng (Kapuas) dengan target luasan 29 ribu hektar dengan komoditas utama padi dan jagung.
“Selain itu juga ada di NTT dengan target luasan 10 ribu hektar dengan komoditas padi, jagung, dan sorgum. Di Papua dengan target luasan 210 ribu hektar di Merauke untuk komoditas
padi, dan 3 ribu hektar di Kabupaten Keerom/Jayapura untuk komoditas jagung. Dan di Sulawesi Tengah (Donggala) dengan target luasan 15 ribu hektar, untuk komoditas jagung dan kedelai,” terang Endra.