LenteraJateng, SEMARANG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas II Ahmad Yani Semarang beri penjelasan soal fenomena embun upas yang terjadi selama dua hari terakhir di kawasan Dieng. Fenomena embun upas ini, menjadi daya tarik wisata bagi para penikmatnya.
Kepala BMKG Stasiun Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengungkapkan, fenomena kemunculan embun beku akibat suhu dingin ekstrem memang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan plateau tersebut.
“Dalam catatan kami, kejadian fenomena embun upas di kawasan dataran tinggi Dieng pada tahun 2021 berawal di bulan Mei, tanggal 10 Mei. Kejadian berikutnya terjadi pada tanggal 7 Juli 2021 dan terakhir di tahun 2021 menyebutkan terjadi lagi selama dua hari berturut-turut pada tanggal 15-16 Juli 2021,” kata Sutikno, pada Selasa (26/7/2022).
Kemudian pada tahun 2022 embun upas terjadi lebih dini yakni di awal tahun 2022 tepatnya tanggal 4 Januari 2022. Embun upas kedua di tahun 2022 lalu terjadi pada tanggal 30 Juni 2022.
“Terakhir baru-baru ini terjadi pada tanggal 25 Juli 2022. Penyebabnya, kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung membuat fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng,” lanjutnya.
Suhu Udara Dingin Berasal Dari Australia, Penjelasan BMKG Soal Fenomena Embun Upas
Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan puncak musim kemarau, yakni Juli – September. Saat itu wilayah pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Australia, menandai masuknya periode kemarau ini.
“Pada periode tersebut, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Karena adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi, terjadi pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia,” bebernya.
Pergerakan massa udara ini memiliki istilah Monsoon Dingin Australia. Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia mengakibatkan suhu dingin di beberapa wilayah di Indonesia, terutama pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Embun Upas Mematikan Tanaman
Sutikno menjelaskan, selain suhu dingin ekstrem dapat membahayakan kesehatan para wisatawan, embun upas juga berbahaya bagi tanaman.
“Embun upas atau bun upas menurut penduduk Dieng adalah embun racun. Fenomena ini terjadi ketika suhu menjadi sejuk, lantas turunlah embun-embun yang dingin dan membeku,” kata dia.
Siapa sangka, jika daya tarik tersebut sebenaranya justru membuat tanaman mati. Maka masyarakat menyebutnya upas karena memang efeknya membuat tanaman mati tersiakan. Para petani tidak dapat menghindari kerusakan tersebut jika embun beku tiba lebih awal sebelum masa panen.
Faktor Terjadinya Embun Upas
Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku ketika mencapai minus atau nol derajat. Di Indonesia, beberapa tempat pernah mengalami fenomena ini, yaitu daerah dataran tinggi Dieng, Gunung Semeru dan pegunungan Jayawijaya, Papua.
Meski embun upas lumrah terjadi di beberapa daerah dataran tinggi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain :
1. Memasuki bulan-bulan musim kemarau (Mei-September), anomali jika terjadi pada musim hujan.
2. Suhu udara di bagian selatan Jawa Tengah terasa lebih dingin (biasanya suhu maksimum tidak lebih dari 30 derajat celcius).
3. Di tempat kejadian langit cenderung bersih awannya (clear sky), tidak terjadi hujan dan udara dekat permukaan lebih dingin saat malam hingga pagi hari (mendekati atau bahkan di bawah 0 derajat celcius).
4. Rendahnya kelembaban udara baik di tempat kejadian maupun daerah di sekitarnya.