LENTERAJATENG, SEMARANG – Rokok cerutu yang dikembangkan PT Taru Martani di Provinsi DIY berkembang pesat.
Bahkan dari ekspor yang dilakukan, industri tersebut berhasil meraup penghasilan sekitar Rp 10 hingga Rp 13 miliar dalam setahun.
Melihat capaian itu, DPRD Provinsi Jateng meminta sejumlah BUMD yang dimiliki Jawa Tengah dapat menirunya dalam hal pengelolaan.
“Jateng juga bisa meniru karena kita juga banyak memiliki gedung-gedung heritage. Dari situ, pengelolaannya bisa dibenahi agar lebih profesional guna mendorong ekonomi daerah,” ujar Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sumanto.
Dalam kunjungan kerjanya di pabrik cerutu tersebut, ia mengaku terkejut karena bahan bakunya di ambil dari Jawa Tengah dan sebagian dari Jatim.
“Kalau tembakaunya diambil dari wilayah Jateng dan Jatim,” ujarnya.
Sebagai informasi, Taru Martani adalah salah satu pabrik cerutu yang berlokasi di Yogyakarta. Saat ini, Taru Martani kepemilikannya berada di bawah Pemerintah Provinsi DI. Yogyakarta.
Dengan mempekerjakan sekitar 270 karyawan, Taru Martani dapat menghasilkan hingga 5 juta cerutu per tahun, 70% di antaranya dikirim untuk memenuhi pasar luar negeri seperti Belanda, Republik Ceko, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Perancis, Swiss, Australia, Asia dan negara-negara Timur Tengah.
Cerutu yang masih diproduksi sejak 1918 adalah ‘Senator’ dan ‘Mundi Victor.’ Sekarang, Taru Martani juga terbuka untuk wisatawan.