LenteraJateng, SEMARANG – Hendi targetkan percepatan vaksin, tujuannya untuk menekan penyebaran varian Omicron di Kota Semarang. Saat ini vaksinasi dosis ketiga atau booster di wilayah yang ia pimpin, baru mencapai 14,35 persen.
Menurut Wali Kota Semarang, angka positif Covid-19 di wilayahnya masuh cukup tinggi. Pria bernama lengkap Hendrar Prihadi itu meminta, warga Kota Semarang bersama-sama pemerintah menyikapi bersama perkembangan tersebut.
“Kami terus menyiapkan ketersediaan vaksin, agar masyarakat tidak khawatir. Masyarakat bisa mendapatkan vaksin booster secara gratis, dengan syarat penerima sudah mendapat dosis kedua dan berjarak enam bulan dari pemberian terakhir,” kata Hendi di Semarang saat mengecek vaksinasi di Kelurahan Wates Ngaliyan.
Pemkot Semarang pada kesempatan tersebut menyiapkan 200 dosis vaksin, termasuk booster. Saat vaksinasi di Wates Ngaliyan, masih ada yang mendapat dosis kedua karena saat jadwal vaksinasi yang bersangkutan sedang sakit.
Hendi berharap dengan targetkan percepatan vaksin maka bisa menekan laju positif Covid-19 di Kota Semarang. “Kami berharap, vaksinasi dapat menjadi langkah preventif kenaikan kasus Covid-19 di Kota Semarang, dalam sepekan terkhir,” tambahnya.
Ia menegaskan, untuk menekan pergerakan kasus Covid-9 di Kota Semarang harus mengimbangi dengan kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan di setiap kegiatan dan juga mengikuti vaksinasi.
“Protokol kesehatan adalah kunci dalam menekan penyebaran Covid-19 selain dengan melakukan percepatan vaksinasi,” tegas Hendi.
Data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, per 14 Februari 2022 cakupan vaksinasi di Kota Semarang tercatat sebesar 124,27 persen untuk vaksin dosis satu, sementara cakupan vaksin dosis dua mencapai 112,06 persen.
Adapun sebagai langkah preventif sekaligus kesiapan lainnya, Hendi melalui tim DKK Semarang juga berupaya meningkatkan edukasi kesehatan. Antara lain melalui Whatsapp Center, edukasi langsung dan melalui medsos, operasi yustisi oleh satgas wilayah dan kota, penambahan bed rumah sakit, meningkatkan sampel skrining, serta fokus penanganan khusus pada RT zona merah dan oranye.
Editor: Puthut Ami Luhur