LenteraJateng, SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi alias Hendi anggarkan Rp 6,7 miliar untuk mengatasi 1.367 atau 3,1 persen dari balita yang alami stunting. Anggarkan sebesar Rp 6,7 miliar menurut Hendi, untuk mempercepat penurunan stunting di Kota Semarang, selama 2022.
“Anak penderita stunting tersebar di 153 kelurahan di Kota Semarang,” kata Hendi di Semarang, Rabu (2/3/2022).
Hendi menyebut, penyebab anak mengalami stunting karena faktor ekonomi dan edukasi terkait gizi. Karena menurut dia, makanan enak belum tentu memenuhi gizi anak.
Untuk memenuhi gizi anak, perlu adanya program makanan tambahan. Maka lanjutnya, akan ada anggaran di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang untuk itu. Selain, juga ada anggaran turunan program “Ngincengi Wong Meteng” per kelurahan.
Kepala DKK Semarang Mochamad Abdul Hakam memastikan, telah memulai program pemberian makanan tambahan (PMT) sesuai arahan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi alias Hendi.
“Kami sudah mulai 1 Maret untuk PMT, untuk anggarannya sekitar Rp 3 miliar, sedangkan untuk susu sekitar Rp 3,7 miliar di Dinas Ketahanan Pangan,” tutur Hakam.
Sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pada 2019 prevalensi stunting Indonesia tercatat sebesar 27,67 persen. Sementara, standar yang ditetapkan oleh WHO bahwa prevalensi stunting di suatu negara tak boleh melebihi 20 persen.
“Tahun 2019 angkanya 27,67 persen. Dalam kondisi pandemi alhamdulillah masih bisa turun 24,4 persen. Dari kelayakan internasional masih di atas batas toleransi,” tuturnya.
Hasto mengungkapkan pemerintah menargetkan percepatan penurunan angka stunting secara nasional sebesar 14 persen. Untuk mencapai target tersebut pemerintah telah menganggarkan sebanyak Rp 25 triliun.
“Saya optimis dengan anggaran di atas Rp 25 triliun ini asalkan terfokus dan konvergensi di tingkat desa atau tingkat bawah sehingga tidak bias dalam mecapai sasaran. Maka data jadi sumber sangat penting menuju konvergen,” tuturnya.
Editor: Puthut Ami Luhur