LenteraJateng, SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memberlakukan Hari Bebas Kendaraan tiap Rabu. Dalam pemberlakuan ini, pegawai di lingkungan Pemkot Semarang untuk tidak memakai kendaraan dinas dan pribadi ke lingkungan kantor. Adapun, aturan tersebut telah ditetapkan sejak 6 Juli 2022 lalu.
Saat ditanya apakah program Hari Bebas Kendaraan yang sudah memasuki Minggu terakhir masih diterapkan atau tidak, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Bambang Suranggono, mengaku pihaknya belum mendapatkan informasi akan dilanjut atau tidak mengenai program tersebut.
Namun, ia berharap Hari Bebas Kendaraan di lingkup Pemkot Semarang bisa berlanjut agar bisa mendapatkan respon positif dari masyarakat dalam upaya mengurangi emisi gas kendaraan bermotor dapat diwujudkan.
“Kita belum tahu, puncak acaranya pada Juli. Jadi, untuk kedepannya kita tunggu kebijakan pak wali saja. Tapi harapannya berlanjut karena progam ini bisa memberikan contoh ke masyarakat dan itu baik, positif sekali,” kata Bambang kepada wartawan, Selasa (26/7/2022).
Menurut Bambang, fungsi kebijakan tersebut bukan sebagai peringatan Hari Lingkungan Hidup saja. Melainkan, Hari Bebas Kendaraan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pengemudi angkutan umum dan angkutan berbasis online.
“Tujuan utama sebenarnya kan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, tapi ternyata setelah progam berjalan, di sisi lain juga meningkatkan pendapatan para jasa transportasi,” ungkapnya.
Adanya program itu, ia memastikan pegawai lingkup Pemkot Semarang dengan pengemudi angkutan umum maupun online bisa saling simbiosis mutualisme.
“Jadi mereka (pengemudi) berdampak positif. Pendapatannya juga jadi naik, sehingga ada hubungan simbiosis mutualisme, sama-sama saling menguntungkan,”jelasnya.
Berbagai Cara Kurangi Efek Rumah Kaca, di Antaranya Hari Bebas Kendaraan Tiap Rabu
Bukan hanya dengan menggunakan transportasi umum untuk mengurangi emisi gas, Bambang menyebut cara lainnya bisa melalui pengolahan sampah dengan baik dan benar.
“Untuk mengurangi efek rumah kaca, tidak hanya dengan menggunaakan kendaraan, tapi juga bisa dengan mengolah sampah,” katanya.
Bambang juga menuturkan sampah seringkali menjadi persoalan serius hingga sekarang. Meski begitu, ia mencontohkan upaya untuk menekan permasaah sampah yakni bisa melalui penukaran sampah dengan uang saat Car Free Day (CFD).
” Saat CFD gitu ada aktifitas mobil pickup mengajak masyarakat dengan tukar botol dapat bibit, kemudian sekarang beberapa tempat makan contohnya warung jawi, masyarakat yang menggumpulkan satu kilo botol bisa ditukarkan satu koin senilai Rp.3 ribu,” pungkasnya.
Editor: Puthut Ami Luhur