LENTERAJATENG, SEMARANG – Festival Kreatif Inklusif baru saja digelar di kawasan Kota Lama, Semarang. Penyelenggaraan acara ini dalam rangka Hari Disabilitas Sedunia untuk memperlihatkan kekuatan kreativitas anak-anak muda untuk mewujudkan dunia yang lebih inklusif.
Festival ini dimeriahkan oleh beragam asosiasi dan komunitas penyandang disabilitas dari Semarang. Mereka hadir dan menampilkan beragam karya seni yang mengambil lokasi di Jalan Kepodang, Kota Lama.
Salah satunya adalah Widji Astuti, pemilik Serodja Widji Batik. Dirinya merupakan perempuan muda pengrajin batik-sekaligus pengusaha muda penyandang disabilitas asal Yogyakart.
Widji membuat batik dengan teknik lukisan air Suminagashi Jepang. Ia memulai teknik ini untuk mengatasi kurangnya ketangkasan jarinya.
Pada sesi fashion show Festival Kreatif, Widji berkolaborasi dengan dua merek usaha milik pengusaha muda lainnya, yaitu @muhammadbayuindonesia oleh Mochamad Bayu Noviantoro dan Alifati dari brand Lipcraft.
Keduanya berasal dari Semarang yang saat ini mengembangkan koleksi baru bernama Tutur Batin. Koleksi ini yang dipertunjukkan dalam fashion show Festival Kreatif Inklusif. Batik lukisan air karya Widji telah menginspirasi Bayu dan Alif untuk merancang pakaian baru yang indah beserta asesorinya.
“Saya terkesan bagaimana Widji bekerja keras dan menginspirasi saya dengan ide-ide kerennya,” kata Bayu.
Setelah kolaborasi ini, ia yakin bahwa setiap orang adalah sama dan setara meskipun kemampuan fisiknya berbeda. Ini hanya masalah memberi mereka dukungan yang tepat agar kreativitas dan kapasitas mereka bisa melejit. Jadi, Bayu berharap ada lebih banyak inisiatif semacam ini di masa mendatang.
Desainer Muda
Tak hanya itu, ada desainer grafis muda Puput (Rizqy Puput Isnaini) dan Zul (Ahmad Zulfikar Fauzi) yang merupakan pemilik merek usaha “Artshine” dan “Zulfikar Artem. Kelainan otot (Muscular Dystrophy) yang mereka alami sejak lahir tidak pernah menghalangi mereka berdua untuk mengejar impian dan kariernya.
Untuk show kali ini, Puput menggandeng Risa Maharani Basic dari Semarang dan Silly dari Yogyakarta untuk membuat koleksi busana baru, sementara Puput dan Zul juga bekerja sama mengadakan workshop melukis selama Festival berlangsung.
Kolaborasi ini telah diorkestrasikan oleh program Kita Muda Kreatif UNESCO-Citi Foundation yang membimbing wirausaha kreatif muda sejak tahun 2017. Selain keterampilan bisnis dasar dan kesadaran warisan budaya, program ini juga menanamkan nilai-nilai seperti kelestarian lingkungan, kesetaraan gender, dan inklusi sosial. Memasuki tahun keenam pelaksanaannya pada Desember 2022, program ini secara sadar mendorong kolaborasi dengan penyandang disabilitas.
Lingkungan yang Beragam, Festival Kreatif Inklusif : Tidak Ada Halangan Untuk Kreatifitas
Sementara, Direktur dan Kepala Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni A. Anjungsari menyatakan, Citi berperan aktif untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan beragam. Kita Muda Kreatif diciptakan untuk menyamakan kedudukan masyarakat yang tinggal di sekitar situs warisan budaya dunia dan tujuan wisata popular di Indonesia.
“Sehingga mereka juga mampu melestarikan pengembangan budaya lokal serta mendapatkan keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata di daerah tersebut. Penyandang Disabilitas merupakan bagian terpadu dari masyarakat ini,” jelas Puni.
Menurutnya, potensi para penyandang disabilitas berkontribusi pada kemajuan ekonomi lokal sangat besar dan sama pentingnya. Ia mengaku bangga dengan langkah yang telah diambil oleh para penerima manfaat ini.
“Kami berharap Pemerintah Indonesia akan terus melihat semua anak muda ini sebagai aset negara,” tandasnya.