LenteraJateng, SEMARANG – Bahan empon-empon atau rempah tradisional mulai laris seiring masuknya musim penghujan. Jenis empon-empon yang paling banyak dicari biasanya adalah jahe, kencur, kunir dan temulawak.
Bahan-bahan tersebut dipercaya dapat menghangatkan badan terutama di cuaca yang sedang tak menentu ini. Di samping itu, bahan seperti kencur juga banyak peminat sebagai obat untuk menyembuhkan sakit tenggorokan.
Salah seorang pedagang empon-empon di Pasar Peterongan, Partini (48) mengaku sudah puluhan pembeli yang ia layani sejak siang hingga sore. Tanganya nampak tak henti-henti melayani pembeli yang berdatangan.
“Iyaa (mulai banyak yang cari). Tapi lebih ramai lagi (pembelinya) kalau sore, sekitar jam limaan,” kata Partini sembari melayani pembeli, Senin (24/10/2022) sore.
Menurutnya, memasuki musim hujan ini empon-empon yang ia jual bisa mencapai 5-10 kilogram. Sedangkan di musim normal, ia rata-rata hanya menjual 2-3 kilogram.
“Kalau harganya, jahe itu Rp 20 ribu, kunir Rp 10 ribu dan temulawak Rp 10 ribu. Tiga itu paling sering,” beber dia.
Partini menuturkan, sore hari lebih ramai karena mayoritas pembeli adalah para pekerja kantoran yang baru selesai pulang kerja. Sedangkan untuk jenis empon-empon yang paling dicari, yakni ada jahe, kunir dan temulawak.
“Musim hujan ini kan dingin ya, jadi itu (jahe, kunir, temulawak) banyak. Karena bisa buat menghangatkan badan,” pungkas dia.
Tak hanya karena musim hujan, banyaknya kontroversi terkait obat kimia ternyata juga mendorong sebagian orang memilih menggunakan empon-empon. Partini menyebut tak jarang ada orangtua yang bertanya bahan yang cocok untuk menurunkan panas anak-anak di tengah isu gagal ginjal akut misterius.
“Iya, ada yang nanya juga. Tapi yang nanya nggak seramai pas zaman ramainya Covid-19. Karena ini kan jamu ya, jadi anak kecil itu kebanyakan nggak mau kalau dikasih jamu. Baunya menyengat dan rasanya kurang enak untuk mereka (anak-anak),” imbuhnya.
Lebih Memilih Obat Herbal, Empon-empon Mulai Laris
Sementara itu, salah seorang pembeli, Wasiran (50) mengaku memang lebih sering menggunakan pengobatan herbal layaknya minuman daripada obat. Selain lebih meyakinkan, meminum jamu bisa ia lakukan sembari bersantai di rumah.
“Lebih tertarik herbal aja. Ini lagi nyari jahe, buat hangat-hangat sehabis pulang kerja juga. Biasanya tak minum waktu pagi dan sore,” tutup Wasiran.