LenteraJateng, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dorong percepatan pembentukan Tsunami Ready Community kepada negara-negara di dunia.
Tsunami Ready Community adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada indikator yang UNESCO-IOC tetapkan. Harapannya, masyarakat senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan bahwa predikat Tsunami Ready Community akan tercapai apabila semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi. Dwikorita menyampaikannya pada pertemuan tahunan Intergovernmental Oceanographic Commission-Executive Council (IOC-EC) ke 55 di Paris, 14-17 Juni 2022.
“Butuh keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat terwujudnya Tsunami Ready Community ini. Tidak hanya pemerintah, namun juga pihak swasta, akademisi, komunitas, termasuk rekan-rekan media di dalamnya,” ungkap Dwikorita.
Selain itu, BMKG sebagai Ketua dari ICG/IOTWMS (Intergovernmental Coordination Group for the Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System) turut berperan aktif dalam tsunami ready program yang telah diusung UNESCO-IOC. Hal ini sebagai bentuk dukungan dalam mewujudkan SAFE OCEAN melalui program UN Decade on Ocean Science.
Saat ini di wilayah Indian Ocean 3 telah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai Tsunami Ready Community, termasuk komunitas Tanjung Benoa, Bali. Pengukuhan Tanjung Benoa terlaksana pada momen pertemuan Global Platform on Disaster Risk Reduction (GPDRR) bulan Mei 2022 lalu.
BMKG dorong percepatan pembentukan Tsunami Ready Community di berbagai sektor. Bersama PT Angkasa Pura, BMKG telah menerapkan program Tsunami Ready untuk infrastruktur kritis di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo dan di Bandara Ngurah Rai Bali.
Bahkan bersama BNPB, BSN dan UGM, BMKG juga telah menginisiasi dalam menyusun Standard Internasional baru. Yaitu ISO 22328-3 tentang Community Based-Tsunami Early Warning System, sebagai panduan bagi sektor bisnis dan pemerintah kota yang memiliki risiko tsunami.
“Agar menjadikan Program Tsunami Ready menjadi bagian dari proses bisnis atau operasional rutin mereka,” tandasnya.
UNESCO Setujui Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, BMKG Dorong Percepatan Pembentukan Tsunami Ready Community
Indonesia berterima kasih atas persetujuan UNESCO terhadap proposal BMKG untuk dua kegiatan yaitu Sekolah Lapang Cuaca Nelayan dan Pengembangan Pemodelan Tsunami Non Seismik.
Dwikorita juga menegaskan pada forum tersebut perlunya kerjasama antara IOC dan World Meteorological Organisation (WMO). Tujuannya, agar memanfaatkan dengan baik data kelautan yang ada dalam koordinasi dua organisasi UN untuk mengantisipasi potensi multi bencana.