LenteraJateng, SEMARANG – Lagu milik Tulus “Hati-hati di Jalan” sempat mendapat banyak perhatian di dunia musi indonesia.
Lagu hati-hati di jalan tersebut merupakan salah satu lagu dari album Manusia, yang menggambarkan kisah asmara antara dua individu. Kecocokan tersebut mulai dari sifat, latar belakang, dan tujuan yang sama. Kendati demikian, hubungan asmara kedua orang tersebut banyak terjadi persoalan dan pada akhirnya harus berakhir dengan perpisahan.
Lantas bagaimana lagu galau tersebut bisa menarik para pendengar musik Indonesia, bahkan sempat menjadi trending di platform Youtube pada urutan pertama di beberapa hari yang lalu.
Menanggapi hal tersebut, Dosen Program Studi (Prodi) Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa SA mengatakan, bahwa musik galau bukan berarti semua pendengar merasakan galau, namun orang yang baik-baik saja dapat menikmati musik galau karena suka musik galau.
“Musik galau akan memiliki makna dan fungsi yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga di suasana yang berbeda pula,” ungkap Laelatus Syifa sebagaimana di laman dari uns.ac.id.
“Sehingga memicu individu untuk berpikir reflektif tanpa adanya peristiwa negatif yang melatarbelakangi,” sambung dia,
Dosen Psikologi tersebut menambahkan, bahwa musik galau bisa membangkitkan respon emosional. Sehingga melalui musik galau, dapat mengartikulasikan perasaan seorang yang menikmati musik galau tersebut.
“Mendengarkan musik galau seseorang bisa mengakses emosi mereka yang terasa sulit dan menyakitkan,” ujar Laelatus Syifa.
Seorang yang sulit mengendalikan suasani hati hingga membuat tidak tenang, melalui mendengar musik galau dapat meredamkan suasana yang kacau.
“Karena ketika kita menghindari emosi yang muncul, tak akan membuat kita tenang. Justru bisa membuat jauh dengan diri sendiri. Hingga memunculkan perasaan semakin tidak nyaman. Dengan demikian, manusia membutuhkan cara untuk mengatasinya, salah satunya dengan mendengarkan musik galau,” kata Laelatus.
Editor: Puthut Ami Luhur