LENTERAJATENG, SEMARANG – Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang berkolaborasi dengan Universitas Harapan Bangsa (UHB) Purwokerto laksanakan Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) 2023.
Kosabangsa merupakan program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti Ristek), Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Disampaikan oleh Dr Raden Arief Nugroho SS MHum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Udinus, persiapan pendampingan guna menguatkan seni budaya lokal.
“Seni budaya lokal tersebut yakni Lengger Banyumasan dan Wayang Kulit Gagrag Banyumasan,” ujarnya berdasarkan rilis yang diterima Lentera Jateng pada Senin (27/11/2023).
Secara spesifik, desa yang dipilih sebagai mitra kegiatan ialah Desa Sudagaran.
Hal ini dikarenakan desa tersebut memiliki potensi edukasi dan konservasi budaya lokal Banyumas yang perlu ditangani lebih lanjut.
Dalam mempersiapkan pendampingan, terdapat beberapa hal yang dilakukan
Di antaranya adalah diselenggarakannya Forum Grup Discussion (FGD) pembekalan perintisan desa wisata berbasis kedayaan.
“Setelah itu, untuk menjamin keberlanjutan kegiatan kami membuat jaringan kerjasama yang kuat dengan pihak-pihak terkait,” jelas Dr Raden Arief.
Pihak tersebut yakni Pemerintah Desa (Pemdes) Sudagaran, Yayasan Rumah Lengger Banyumasan Persatuan Pedalangan Indonesia Banyumas, dan Paguyuban Pecinta Wayang Kulit Gagrag Banyumasan BIMA Maneges
Pada kesempatan yang sama Tin Utami SST SKep Ners MKes, menjelaskan dalam program tersebut membawa misi edukonservasi budaya lokal dibantu dengan potensi teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR).
“Terdapat 2 bentuk kegiatan pendampingan, yakni edukasi dan konservasi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, model Folktale Text Transformation diterapkan dalam kegiatan edukasi yang berfungsi mengubah bentuk cerita lokal di Banyumas menjadi bentuk lain.
Misalnya kartun ataupun karakter lainnya.
Sementara itu pada kegiatan konservasi menerapkan model Folkloristic.
“Dengan model ini, kami berusaha mempertahankan bentuk cerita yang ada dalam wayang dengan menambah unsur cerita visual-dramatis,” terang Tin Utami, MKes.
Selama proses pendampingan, Udinus nantinya akan melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan dengan maksimal.