LENTERAJATENG, SEMARANG – Trans Jateng semakin memberikan pelayanan transportasi yang mudah dan murah kepada masyarakat, satu di antaranya dengan pembayaran digital. Pembayaran digital atau non tunai ini, terus digencarkan oleh aglomerasi BRT Trans Jateng.
Kepala Balai Transportasi Dinas Perhubungan Jateng Joko Setyawan menjelaskan, Trans Jateng terus berinovasi untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi penumpangnya. Pemanfaatan pembayaran digital, sudah dilakukan sejak akhir 2021 lalu dan terus ditingkatkan dengan menambah beragam dompet digital yang sudah resmi terdaftar.
“Mulai mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi non-tunai, karena dirasa dapat memudahkan dan meningkatkan transparasi keuangan. Serta keamanan data transaksi, sehingga akuntabilitas keuangan Trans Jateng menjadi lebih baik lagi,” kata Joko, Selasa (27/6/2023).
Ia menuturkan, rata-rata per bulan hingga Mei 2023 telah tercatat sebanyak 17.832 transaksi digital di BRT Trans Jateng. Peringkat per Mei, yaitu untuk koridor Semarang-Bawen tercatat 8.543 transaksi digital, dan koridor Magelang-Purworejo ada 2.864 transaksi digital.
Sedangkan di koridor Semarang-Kendal ada 2.677 transaksi digital, Purwokerto-Purbalingga 1.889 transaksi digital, Solo-Sragen 978 transaksi digital, dan Semarang-Grobogan 881 transaksi digital.
“Semua koridor Trans Jateng kini dapat melakukan pembayaran digital/cashless,” tambahnya.
Joko mengatakan, layanan non-tunai Trans Jateng meliputi layanan non-tunai dengan QRIS menggunakan M-Bangking. Atau, dompet digital lainnya yang resmi terdaftar di semua bank, OVO, DANA, GoPay, ShopeePay dan lainnya.
Penumpang juga bisa melakukan pembayaran non-tunai, menggunakan fitur beli tiket di aplikasi Si Anteng. Kartu Multi Trip (KMT) juga bisa digunakan, untuk pembayaran di Trans Jateng sehingga para penumpang KA komuter jadi lebih mudah.
“Layanan non-tunai tapping bekerja sama dengan Himbara (Himpunan Bank Negara BNI, BRI, Mandiri), dan BCA untuk pembayaran di Trans Jateng,” tuturnya.
Seorang penumpang BRT Trans Jateng pengguna QRIS, Rahmah asal Kabupaten Semarang mengaku, dirinya biasa memanfaatkan pembayaran non-tunai saat naik BRT. Ia menilai, membayar ongkos bus menggunakan QRIS itu lebih mudah. Sebab, ia tak perlu repot-repot menyiapkan uang tunai.
“Kalau sekarang itu saya pakainya QRIS. Dulu masih pakai uang cash. Cuman karena Trans Jateng ini sudah ada pelayanan pakai QRIS, jadi ya saya pakainya QRIS,” kata pengguna BRT Trans Jateng sejak 2019 ini.
Ia merasa lebih nyaman membayar menggunakan QRIS, daripada uang tunai saat naik BRT. Sebab, jika ia menggunakan uang tunai, maka kadang butuh waktu agak lama supaya kondektur memberikan uang kembalian.
“Sekarang pakai QRIS, enggak usah nunggu kembalian. Tinggal scan aja (barcode-nya), itu sudah mudah. Lebih cepat pakai QRIS,” ungkapnya.
Selain dilengkapi pembayaran non-tunai, Ganjar juga menjadikan Trans Jateng sebagai transportasi primadona masyarakat karena tarifnya yang sangat murah. Yakni Rp 2 ribu untuk buruh, pelajar, dan veteran. Dan Rp 4 ribu untuk masyarakat umum. Tarif tersebut flat, jauh-dekat sama.