LENTERAJATENG, SEMARANG – Masjid Kauman Semarang punya satu tradisi yang terus dipertahankan selama Ramadan yang bernama Semaan Quran.
Meskipun digelar di Kota Semarang namun tradisi Semaan Quran tidak hanya diikuti oleh warga lokal saja, namun juga warga Demak, Kendal, Jepara dan Grobogan juga turut hadir.
Sekretaris Takmir Masjid Kauman Muhaimin menjelaskan, tradisi Semaan Quran telah berlangsung sejak 1950 dan dilakukan secara turun-temurun hingga sekarang.
“Ini yang datang ratusan, kalau dulu bisa sampai luar juga,” katanya di Masjid Kauman Semarang, Senin 3 April 2023.
Lebih lanjut Muhaimin menjelaskan keunikan pengajian ini adalah penggunan Bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar yang sederhana dan mudah dipahami para jamaahnya.
“Sudah berjalan beberapa puluh tahun di masjid ini diadakan, ada yang menyebut tadarus dan semaan atau ada yang menyebut pengajian biasa. Insya Allah ilmu-ilmu yang terkandung dalam Alquran mulai ilmu tajwidnya, qiroahnya dan terjemahannya,” kata Muhaimin.
Untuk waktu pelaaksanaannya tradisi Semaan Quran dilaksanakan setiap Ramadhan mulai 13.00 WIB hingga menjelang ashar. Setiap harinya seorang kyai akan membaca satu juz Al Quran.
“Kegiatan semaan akan berlangsung hingga hari ke-26 Ramadhan,” tambahnya.
Satu yang dia syukuri saat ini, pasca pandemi Covid-19 jemaah yang mengikuti kegiatan semaan Quran semakin banyak.
“Saat tahun 2020 sempat off, ini Alhamdulillah aktif lagi,” paparnya.
Sementara itu, Lia (56), mengaku datang dari Mranggen, Demak, hanya untuk mengikuti Semaan Quran ini.
Katanya, meskipun jaraknya jauh, namun dia sudah biasa mengikuti acara seperti ini sejak masih kecil.
“Ini sudah kebiasaan saya sejak kecil dari ibu saya masih ada. Ya harapannya selain dalat ilmu ya dapat berkah,” ungkapnya.
Sementara itu, Rozikin (60) salah seorang warga Kendal mengaku sudah rutin mengikuti tradisi semaan Quran di Masjid Kauman Semarang.
“Ini sudah dari dulu saya ikut terus,” katanya.
Dalam mengikuti Semaan Quran ini Rozikin tidak sendirian karena bahkan dia mengangkut semua keluarganya.
“Ini dengan anak mumpung saya libur,” ujarnya.
Hal yang sama dikatakan Sunaryo (54) warga Tlogosari Kota Semarang. Sunaryo mengaku sudah mengikuti tradisi tersebut sejak masih muda.
“Saya sudah dari muda, dulu dikenalkan kakak saya ngaji di sini saat Ramadhan,” imbuhnya. (ADI)