LenteraJateng, SEMARANG – Polda Jateng berkomitmen prioritaskan untuk pemulihan psikologis anak-anak yang menjadi korban kasus pencabulan. Hal itu diungkapkan Dirreskrimsus Kombes Pol Djuhandani saat menggelar konferensi pers soal kasus pencabulan dan kekerasan seksual yang terjadi di Jawa Tengah selama bulan Agustus 2022.
Bersama Karo SDM Kombes Pol Yohannes Ragil dan Kabiddokkes Kombes Pol Sumy Hastry, Djuhandani mengungkapkan, terdapat tiga kasus kekerasan seksual dan pencabulan yang terjadi di Jawa Tengah. Kasus-kasus tersebut menjadi perhatian publik karena melibatkan korban anak dibawah umur.
“Dari tiga kasus tersebut melibatkan anak-anak sebagai korbannya. Dan yang menjadi korban ini jumlahnya cukup banyak,” ujar , Djuhandani, pada Rabu (7/9/2022).
Ketiga kasus tersebut antara lain pencabulan oleh seorang guru terhadap para siswi SMP di Batang, kasus pencabulan sesama jenis oleh pengasuh yayasan terhadap para santrinya di Banjarnegara. Serta aksi pencabulan dan kekerasan seksual yang dialami oleh seorang ibu dan anak di Pekalongan.
“Anak-anak merupakan harapan bangsa. Selain penegakan hukum terhadap para pelaku, kami juga memberikan berbagai upaya dengan menggandeng KPAI untuk memulihkan kondisi dari anak-anak ini agar menjadi lebih baik,” tuturnya.
Polda Jateng juga memberikan Trauma Healing terhadap korban dan pihak keluarga korban. Upaya ini agar memberikan rasa aman terhadap para korban dan orang tuanya. Sehingga anak-anak bisa meneruskan kegiatan belajar dengan baik demi masa depannya.
Para pelaku pencabulan, kata dia, akan dijerat dengan pasal-pasal berbeda sesuai kasus yang terjadi.
Apresiasi Kak Seto, Polda Jateng Prioritaskan Pemulihan Psikologis Anak-Anak Korban Pencabulan
Sementara itu Seto Mulyadi mengungkapkan apresiasinya pada Polda Jateng yang tak hanya menangkap para pelaku pencabulan, namun juga memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang menjadi korban.
“Kakak-kakak dari Polres Batang maupun Polda Jateng tampil sebagai sahabat bagi anak. Hadir memberikan treatment psikologis bagi para siswa di sekolah, tidak hanya pada korban pelecehan seksual. Tujuannya untuk membuat anak-anak percaya diri kembali,” ujar Kak Seto.
Harapannya, upaya tersebut membuahkan hasil positif yang tampak dari pulihnya keceriaan dan tawa anak-anak saat mengikuti kegiatan Trauma Healing.
“Alhamdulillah hasilnya cukup positif dan sekali lagi apresasi kepada para psikolog dari jajaran Kepolisian Polda Jateng,” pungkasnya.