LENTERAJATENG, SEMARANG- Peneliti Tata Kelola Air dan Kota, Bosman Batubara mengatakan banjir yang menengelamkan Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, pada Jumat (10/1/2023) lalu imbas tanggul yang bocor sejatinya dapat dipahami sejak awal. Pasalnya, tanggul tersebut merupakan titik konsentrasi dari hulu Sungai Pengkol.
“Secara morfologi bentuk sungai itu membelok dan dihantamlah tembok itu. Titik itu memang rentan,” katanya, Rabu (11/1/2023).
Ia mengatakan hulu Sungai Pengkol sebelah barat perbatasannya sampai jalan tol Tembalang-Ungaran. Kemudian titik hulu sebelah selatan perbatasannya sampai alun alun Ungaran timur.
Lalu untuk hulu Sungai Pengkol di sebelah timur dekat dengan SD Kawengen 2.
“Seluruh SUB DAS itu berkempul terkonsentrasi di satu sungai, jadi ketika hujan lebat persis di Dinar Indah, itu sangat logis, bisa dipahami karena luas sekali, perkiraanku lebih dari 8 km persegi air berkumpul di sungai situ,” katanya.
Ia menyebut dalam penelitian Koalisi Maleh Dadi Segoro dalam buku Banjir Sudah Naik Seleher, adanya perumahan di Kelurahan Meteseh tidak terlepas dari perluasan Kota Semarang yang mengembangkan kota satelit. Ide kota satelit di Semarang sudah muncul sejak 1973.
Pembangunan Pola Perumahan Harus Memperhatikan Aliran Sungai
Ia menyebut belajar dari kejadian jebolnya tanggul Sungai Pengkol, bahwa untuk membangun pola perumahan harus memperhatikan pola aliran sungai. Khususnya ketika aliran sungai dari hulu berkumpul di titik tertentu termasuk ketika mengalami pembelokkan.
Lebih lanjut, ia menyoroti masalah banjir di Indonesia bersifat struktural yang berarti perubahan lahan oleh kelompok yang kuat seringkali mengorbankan kelompok lemah. Masalah tersebut tidak dapat selesai jika melalui tekno-manajerial seperti tanggul, normalisasi, dan seterusnya.
Seharusnya penanganan di lakukan melalui investigasi genealogi banjir itu terjadi dan petakan masalahnya. Setelah investigasi, maka berlanjut pada publikasi laporan ke publik.
Kemudian publik akan mendiskusikan bersama-sama.
“Selanjutnya manajemen banjir dengan dengan bottom-up approach, yang mengakar berdasarkan kasus,” katanya