LENTERAJATENG, SEMARANG – Perkembangan Teknologi Informasi bak pisau bermata dua, satu sisi bisa digunakan untuk hal negatif sedangkan yang lain berguna kegiatan positif. Perubahan dan perkembangan teknologi informasi, adalah sebuah keniscayaan untuk dielakkan.
Guru Besar Information Technology Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Drs Johanes Eka Priyatna MSc PhD menyatakan, perubahan teknologi terus berjalan. Manusia mau tidak mau mengikutinya, terakhir teknologi ChatGPT tren di semua kalangan.
ChatGPT merupakan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan menggunakan bahasa yang alami dan mudah dipahami dalam percakapan. Teknologi tersebut dirilis oleh perusahaan Amerika, Open AI pada 30 November 2022 lalu dan kini mengalami perkembangan pesat.
Segala sesuatu informasi yang dibutuhkan pengguna, dapat ChatGPT sampaikan dalam hitungan detik. Tidak hanya informasi, produk kecerdasan buatan ini mampu membantu penggunanya menyusun pidato, tugas dan bahkan memberikan bahan presentasi.
“ChatGPT bisa memberikan semua informasi yang pengguna butuhkan, mulai membuat teks pidato atau membuat papper tugas sekolah,” kata Eka usai Seminar “Pendidikan 5.0 Peran Pendidik di Zaman Kecerdasan Buatan” di Unika Soegijapranata Semarang, Senin (25/7/2023).
Bahkan sambung Eka, kecerdasan buatan juga berpotensi menggusur pendidik, baik guru dan dosen sebagai sumber informasi. Melalui search engine dan sekarang ada ChatGPT, siswa maupun mahasiswa dengan mudah mengerjakan tugas sekolah atau kampus.
Tetapi, ada yang tidak bisa teknologi lakukan seperti halnya manusia. Sisi sentuhan emosional, spiritual yang manusia miliki tidak dapat ditiru atau dikerjakan oleh teknologi.
“Kecerdasan buatan dibuat untuk meringankan tugas manusia, dengan meniru cara berfikir rasional. Sedangkan manusia, bisa menggunakan emosinya atau mengeluarkan sisi spiritual, sehingga jauh di atas itu,” tuturnya.
Ia memandang, peran dunia pendidikan ke depan adalah membangun anak-anak muda dengan kepercayaan diri, perilaku, bagaimana menghadapi orang lain, kejujuran dan lain-lain. Penilaian, misalnya, bukan hanya pada hasil yang disampaikan oleh siswa atau mahasiswa melainkan bagaimana proses yang mereka lakukan.
“Jika saya memberikan tugas, tidak hanya sekedar membuat papper tetapi juga presentasi dan mahasiswa mampu memaparkan di depan tanpa membacanya,” tuturnya.
Wakil Rektor Unika Soegijapranata Bidang Kerjasama dan Pengembangan Bisnis Dr R Probo Yulianto Nugrahedi STP MSc menyatakan, menggelar seminar ini karena perubahan teknologi yang begitu cepat menjadi perhatian universitas tersebut. Lalu bagaimana peran pendidik pada era kecerdasan buatan, apakah masih dibutuhkan atau tidak.
“Kecerdasan buatan tidak bisa kita tolak, justru rangkul karena bagian dari pendidikan juga,” tambah Probo.
Seminar “Pendidikan 5.0 Peran Pendidik di Zaman Kecerdasan Buatan” sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis Unika Soegijapranata.