LenteraJateng, SEMARANG – Sendang Taman Lele menyimpan cerita yang dipercaya oleh sebagian orang. Yang paling terkenal adalah cerita pertemuan murid Sunan Kalijaga dengan ikan lele gaib.
Dikisahkan, ada seorang wanita bernama Raden Ayu Retno Dumilah yang merupakan anak perempuan dari Pangeran Timur, Bupati pertama Madiun tahun 1586. Retno Dumilah kemudian menjabat sebagai Bupati kedua Madiun setelah ayahnya.
Suatu hari terjadi perang antara pasukan Raden Ayu Retno Dumilah melawan pasukan Panembahan Senopati atau Mas Karebet. Di tengah peperangan tersebut, Raden Ayu Retno Dumilah merenungkan nasib rakyatnya yang terkena imbas dari perang yang terjadi.
Raden Ayu Retno Dumilah akhirnya membuat perjanjian, antara dirinya dengan Panembahan Senopati untuk mengakhiri perang. Karena mereka menyadari bahwa perang hanya membawa malapetaka bagi rakyatnya.
Kemudian, ia meminta kepada Panembahan Senopati untuk diperkenalkan dengan Sunan Kalijaga. Dari pertemuan dengan Sunan Kalijaga itulah, Raden Ayu Retno Dumilah memutuskan untuk mendalami agama Islam.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Lele, Sugiyanto menuturkan, Raden Ayu Retno Dumilah memutuskan untuk memulai perjalanan dari Demak menuju Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Hal ini ia lakukan untuk syiar atau menyebarkan agama Islam.
Dalam perjalanannya dari Demak menuju Jogja, Raden Ayu Retno Dumilah menemukan sendang. Ia akhirnya berhenti dan memutuskan untuk melakukan ibadah salat di dekat sendang tersebut.
“Namun saat hendak mengambil air wudhu di sendang itu, Raden Ayu Retno Dumilah melihat ikan lele gaib, yang bernama Lele Truno,” kata Sugianto.
Lele Truno
Lele Truno itu hanya terdiri dari tulang dan kepala. Namun banyak ikan lele lain mengikuti di belakangnya.
Setelah melihat kejadian tersebut, lanjutnya, secara spontan Raden Ayu Retno Dumilah mengucap ‘Sok yen ono rejo ning jaman, tanah iki tak jenengi Taman Lele’.
Yang kurang lebih artinya adalah ‘Besok ketika jaman sudah maju, tanah ini akan aku beri nama Taman Lele’.
“Akhirnya benarlah ini jadi Wisata Taman Lele, yang sekarang ramai dikunjungi banyak orang. Baik wisatawan lokal ataupun luar kota,” bebernya.
Di aliran sendang Taman Lele ini juga, terdapat puluhan ikan lele berukuran besar. Yang ketika mati, bahkan tidak terlihat bangkainya. Jumlahnya tak pernah terlihat bertambah maupun berkurang.
Nyi Tuk Sari Tak Pernah Kering, Cerita Sendang Taman Lele
Sendang tersebut kemudian dinamakan Nyi Tuk Sari. Nyi Tuk Sari merujuk pada Raden Ayu Retno Dumilah yang dahulu menggunakannya untuk berwudhu.
Sendang yang berada di bawah pohon beringin besar itu, tidak pernah kekurangan air meski musim kemarau.
“Sendang Nyi Tuk Sari ini tidak pernah kering. Bahkan sewaktu kemarau panjang di tahun 2019 lalu, Pemadam Kebakaran ambil air kesini,” imbuh Sugiyanto.
Air yang selalu mengalir dari sendang Nyi Tuk Sari itu berada di bawah sebuah pohon beringin besar. Kini makin terlihat jernih lantaran pengelola membuat jaring pengaman agar daun dan ranting tidak mengotori sendang.
Bahkan sendang ini juga menjadi sumber air untuk mengisi kolam renang yang ada di Taman Lele. Meski penggantian air rutin setiap pekan tak membuat sendang tersebut surut.