LENTERAJATENG, SEMARANG – Makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya atau yang akrab dengan sebutan Mbah Depok karena berada di Jalan Depok Semarang kini sudah megah dan jadi salah satu wisata religi.
Dikarenakan sudah menjadi wisata religi, kini makam tersebut dikunjungi oleh para peziarah terutama saat Ramadhan.
Apabila tiba di Makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya di Jalan Depok Semarang kita bakal langsung disuguhi bangunan yang megah.
Di pintu masuk gapura putih besar tanpa pagar.
Lantai menuju bangunan makam utama dilapisi marmer dengan delapan pohon kurma yang berjajar rapi.
Jarak antara jalan raya dengan bangunan makam utama cukup jauh sekira 50 meter sehingga peziarah bisa khusyuk berdoa tanpa ada suara bising kendaraan yang menggangu.
Di bangunan makam utama, tampak dua makam yang saling berdekatan.
Satu makam utama yakni makam Habib Thoha bin Muhammad Al-Qadhi atau dikenal sebagai Mbah Depok ditutup kain putih.
Sementara satu makam lainnya berupa makam istri Mbah Depok yakni Syarifah Fatimah binti Al-Imam Habib Husein Abubakar Al-Aydrus.
Di sisi utara makam atau di luar bangunan makam utama terdapat sumur tua. Sumur itu diyakini memiliki karomah lantaran dapat menyembuhkan beragam penyakit.
Sisi kanan kiri dan sudut depan belakang bangunan makam sudah dihimpit bangunan bank swasta dan pertokoan.
Juru kunci makam Mbah Depok dari Banser NU, Muhammad Zainun Al Kamil (47) menjelaskan makam Mbah Depok sudah dibuka untuk umum sejak tahun 2017.
“Namun, untuk bangunan baru seperti sekarang sudah berlangsung selama tujuh bulan lalu,” tambahnya.
Lebih lanjut Zainun mengungkapkan makam Mbah Depok memiliki hubungan dengan sosok Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau sering disapa Habib Luthfi bin Yahya.
Ulama ternama asal Pekalongan itu merupakan keturunan dari Mbah Depok sehingga desain dari bangunan makam itu merupakan sentuhan dari Habib Luthfi.
Sentuhan Habib Luthfi pun berpengaruh karena sebelumnya makam Mbah Depok tertutup sejumlah bangunan.
Habib Lutfhi membeli sejumlah bangunan tersebut supaya akses ke makam menjadi lebih mudah untuk dikunjungi para peziarah.
“Dulu akses makam ke jalan raya terhalang toko mebel, lalu dibeli Habib Lutfi bersama Pemkot Semarang. Barulah direnovasi tahun 2021 selesai tahun 2022,” katanya.
Karena makam Mbah Depok berada di pusat kota Semarang, Zainun menyebut jika makam ini sebagai paku bumi kota Semarang.
“Ya seperti paku bumi Semarang karena makam berada di tengah-tengah kota Semarang,” jelasnya.
Sedangkan untuk peziarah dapat mengunjungi makam kapan saja sebab dibuka selama 24 jam.
Peziarah cukup mematuhi aturan yakni sandal dilepas dan dilarang membuang sampah sembarangan.
“Kunjungan peziarah paling ramai saat haul pada Syawal dan saat Ramadan. Hari biasa ramai saat Jumat dan akhir pekan,” tambahnya.
Sejauh ini peziarah didominasi oleh warga lokal. Bahkan, mereka telah memiliki jadwal kunjungan rutin selama seminggu sekali.
Semisal ada sekira 150 santri dari pondok pesantren dari Gunungpati yang mengaji bersama di tempat itu setiap Minggu malam (malam Senin).
“Peziarah dari luar kota tak kalah banyak, selama ini dari Pekalongan, Bekasi, Tasikmalaya dan berbagai daerah di Pulau Jawa,” tuturnya.
Sedangkan menurut Penjaga makam Mbah Depok Semarang, Choirul Umam (30) mengatakan, makam Mbah Depok ramai dikunjungi peziarah lantaran diyakini adanya karomah dari beliau.
Mbah Depok dikenal sebagai tokoh ulama kota Semarang, waliyullah, penyebar agama Islam khususnya di tanah Kota Semarang.
“Karomah beliau luar biasa, Habib Thoha atau Mbah Depok tak hanya dikenal sebagai ulama dan pengusaha saja. Ia juga memiliki padepokan di Kota Semarang maka jalan di sini disebut jalan Depok,” bebernya.
Selain itu Umam menyampaikan makam Mbah Depok sudah masuk ke dalam wisata religi kota Semarang seperti makam lainnya di Kota Semarang di antaranya makam Sunan Pandanaran, Habib Hasan, dan Soleh darat.
“Kalau di sini kendalanya untuk peziarah yaitu belum ada kantung parkir yang memadai sehingga ketika ada peziarah menggunakan bus besar sulit parkir. Mobil dan motor aman,” katanya.
Sedangkan dari peziarah Syamsudin (35) mengaku sudah beberapa kali mengunjungi makam Mbah Depok.
Dibanding dulu, saat ini dia merasa cukup nyaman karena sudah dibangun dengan megah.
“Dahulu hanya jalan kecil, sekarang sudah cukup mudah karena ada bangunan dijebol di sisi selatan sehingga sekarang lebih dekat dengan jalan raya,” katanya.
Warga Pedurungan Semarang itu menyebut, ziarah ke makam Waliyullah sudah menjadi kebiasaannya terutama saat Ramadhan sehingga tidak ada hajat tertentu.
“Penting mendoakan Mbah Depok sekaligus meneladani kealiman dan kesolehan beliau,” katanya. (ADI)