LenteraJateng, SEMARANG – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun tanggul darurat menggunakan parapet di kawasan pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tanggul darurat parapet ini berbeda dengan yang kini sudah ada, yaitu dengan karung isi pasir.
Direktur Jendral Sumber Daya Air (SDA) Jarot Widyoko menyatakan, pembangunan tanggul darurat yang lebih kuat ini sebagai langkah antisipasi apabila gelombang pasang tinggi terjadi lagi. Pembangunan tanggul darurat sepanjang 300 meter tersebut selama dua pekan.
“Bapak Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah menginstruksikan, untuk memberi dukungan mengatasi banjir rob di kawasan pantai utara (Pantura) Jateng,” kata Jarot Widyoko, di Semarang, Kamis (2/6/2022).
Ia melanjutkan, akan mendukung dengan membuat tanggul penanganan darurat, tinggi 1,9 meter. Hal itu masih kata Jarot, untuk menyesuaikan kemungkinan ketinggian gelombang laut sesuai prediksi BMKG.
BMKG sebelumnya merilis ketinggian gelombang laut mencapai 1,25 meter. Maka Kementerian PUPR akan membangun tangul darurat yang lebih tinggi, yaitu 1,9 meter.
Parapet adalah pembatas atau penghalang (barier) untuk berbagai struktur, gedung, bangunan dan lain sebagainya. Barier tersebut terbuat dari beton bertulang untuk menahan beban.
“Panjang tanggul darurat dengan sistem parapet 600 meter, tetapi sebagian sudah tinggi maka hanya 300 meter yang akan dibangun,” tambahnya.
selesai maksimal dalam dua minggu,” bebernya.
Menurut Jarot, fokus utama untuk penanganan saat ini adalah supaya masyarakat aman dari terjangan banjir rob. Selain, kementerian PUPR juga mengerahkan mobile pump atau pompa jalan yang ditempatkan di lokasi yang rawan terjadi rob.
“Ramalan dari BMKG ini luar biasa, sangat mendekati. Makanya sekarang setiap ada info BMKG, kami sebarkan ke balai untuk segera siapkan mobile pump,” lanjut Jarot.
Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim, Kementerian PUPR Bangun Tanggul
Jarot menambahkan, terjadinya banjir rob ekstrem ini akibat dari perubahan iklim berupa pemanasan global. Sedangkan mengenai penurunan tanah, ia menyebut hal itu bisa mengatasinya secara bersama-sama.
Terjadinya penurunan ini, akibat rongga-rongga kosong di dalam tanah yang tidak lagi terisi air. Rongga inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan tanah.
Terjadinya penurunan ini, akibat rongga-rongga kosong di dalam tanah yang tidak lagi terisi air. Rongga inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan tanah.
“Masyarakat bisa membuat sumur resapan air hujan. Cukup satu meter kubik saja, sudah bisa membantu menyimpan air agar tidak langsung ke laut,” tuturnya.
Ketika tanah dapat menyimpan atau menahan air hujan maka tidak langsung mengalir ke laut, melainkan pelan-pelan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Berbeda jika air mengarah ke selokan, aspal maupun beton
Editor: Puthut Ami Luhur