LENTERAJATENG, SEMARANG – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan kebudayaan dan warisan bangsa Indonesia berupa wayang orang, lewat film dokumenter berjudul Nyantrik.
Perkenalan film ini sendiri, dilakukan setelah pagelaran wayang orang berjudul wayang barata di Gedung Ki Narto Sabdo, Senin (7/8/2023) petang. Berbeda dengan pegelaran wayang orang pada umumnya,
pemainnya adalah anak-anak muda. Sama halnya dengan film Nyantrik yang dimainkan oleh generasi milenial atau generasi Z.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, film ini ada karena untuk menyambungkan antara kebudayaan seni budaya dan perkembangan teknologi. Harapannya, anak muda dalam hal ini generasi milenial bisa paham tentang budaya dan seni tradisi di Indonesia.
“Kami sengaja buat serial film nyantrik ini untuk menyambungkan perkembangan teknologi dan seni budaya menjadi hiburan yang baru. Harapannya seni tradisi yang ada bisa menjadi inpirasi luar biasa kedepan,” katanya.
Pada era 70-an lalu, Presiden RI Soekarno pernah mengundang wayang orang Ngesti Pandawa ke Jakarta. Pihaknya ingin mengembangkan kembali seni tradisi agar bisa dinikmati semua kalangan, terutama untuk anak muda dalam bentuk yang lebih fresh.
“Tapi yang klasik tidak ditinggalkan karena sumber kebudayaan tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sangat berterimakasih, kepada Kemendikbudristek yang memberikan berbagai fasilitas kepada generasi muda. Dengan adanya film dan pertunjukan wayang orang ini, harapannya anak muda bisa semakin terlibat dalam mengembangkan pertunjukan seni budaya.
“Tadi ada anak-anak kecil yang bermain gamelan, saya lihat secara teknik mereka mampu. Untuk film dokumenter yang dikenalkan juga bagus, artinya anak-anak bisa menjadi penari professional dengan urutan dan guiden yang ada. Selain itu divisualkan juga sangat bagus sekali,” tuturnya.
Dalam Film Nyantrik ini, Ganjar menilai kolaborasi visual, narasi dan lainnya dikemas dengan baik akan menjadi konten tersendiri. Artinya Pemerintah telah melakukan strategi kebudayaan yang lebih ngepop tanpa menghilangkan akarnya.
“Akar budaya dari nenek moyang ini tetap dijaga dan kembangkan, tentu yang klasik nggak akan hilang. Jika semua berjalan, saya rasa bangsa ini akan menjadi bangsa yang kaya akan budaya,” tuturnya.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku, akan mendorong anak-anak muda untuk belajar kebudayaan. Berbagai fasilitas yang disediakan bisa dimanfaatkan oleh anak-anak untuk belajar budaya. Bahkan banyak dari mereka yang sudah nembang dan bermain gamelan.
“Ada pula dari SMP N 12 yang sudah pernah tampil, ini jadi satu vitamin agar mereka semangat. Kita dorong agar anak-anak bisa mencintai budaya,” tuturnya.
Untuk menfasilitasi para seniman, akan mengembangkan gedung Ki Narto Sabdo sebagai gedung pertunjukan bertaraf Internasional. Penambahan fasilitas nantinya juga akan dilakukan, dianggarkan perubahan tahun ini.(IDI)