LenteraJateng, SEMARANG – Harga telur kembali meroket sepekan terakhir. Sejumlah pedagang, baik sembako maupun pedagang kue menjerit keberatan.
Desi (28), pembuat kue mengeluh lantaran harus memutar otak agar donat dagangannya tetap berjalan. Bahkan, Desi terpaksa mengurangi jumlah telur yang ia dalam membuat donat dan menggantinya dengan resep lain.
“Pusing juga harga telur naik, itu kan bahan pokok membuat donat. Sekarang ya pinter-pinter main resep, telurnya saya kurangi tapi ada beberapa bahan yang ditambah biar tetap enak donatnya,” kata Desi, Rabu (24/8/2022).
Ia berharap agar harga telur bisa kembali stabil dan pemerintah mampu mengendalikan harga telur ayam ras di pasaran.
“Semoga saja segera stabil lagi harganya,” tambahnya.
Sementara, pemilik warung kelontong, Novia (30) terpaksa tak menjual telur ayam ras, lantaran mahalnya harga telur menjadi Rp 300 ribu per 10 kilogram atau satu peti.
“Seminggu lalu harganya masih sekitar Rp 270 ribu, sekarang sudah naik banyak banget,” ungkapnya.
Novia membeberkan, lonjakan harga telur ayam ras membuat ia dilema untuk menjual karena mulai menurunnya minat pembeli. Ia juga tak berani mengambil resiko merugi, jika sewaktu-waktu harga telur ayam ras mendadak anjlok.
“Pembeli yang cari telur juga berkurang, makanya saya gak jual dulu. Sebelumnya itu, pernah waktu ambil harga telur mahal terus hari selanjutnya mendadak turun, pedagang lagi yang rugi,” jelasnya.
Asosiasi Koperasi Unggas Sebut Bansos Jadi Pemicu, Harga Telur Meroket
Ketua Asosiasi Koperasi Unggas Sejahtera, Suwardi, mengatakan bantual sosial (bansos) yang di rapel menjadi pemicu kenaikan harga telur. Padahal, kondisi permintaan maupun distribusi pasar saat ini masih seperti biasa atau terjaga.
“Bansos (BPNT) yang di rapel itu (penyebab kenaikan). Karena yang harusnya masuk ke pasar, jadi ke Bansos semua. Pasarnya tidak kebagian. Padahal kondisi saat ini, permintaan pasar masih seperti biasa,” kata Suwardi saat
Suwardi pun berharap realisasi BPNT bisa dilakukan rutin tiap bulan atau dikaji kembali. Tujuannya, agar tak terjadi pengurangan pembelian konsumen akibat sudah adanya Bansos tersebut.