LENTERAJATENG, SOLO – Baru-baru ini Gus Baha menjadi perbincangan hangat di media sosial Twitter.
Dari penelusuran, viralnya Gus Baha terjadi setelah Gubernur Jawa Tengah sekaligus calon presiden (Capres) yang diusung PDI-P Ganjar Pranowo bersilaturahmi ke kediamannya.
Video yang memperlihatkan momen silaturahmi yang dilakukan Ganjar dengan Gus Baha tersebut kemudian diunggah di media sosial Twitter pada Rabu (3/5/2023).
“Kalau biasanya cuma jadi santri online lewat youtube maupun spotify, alhamdulillah sore ini bisa ikut ngobrol dua jam dengan beliau. Obrolan yang rasanya seperti ngaji, karena daging semua,” cuit Ganjar seperti dikutip.
“Maturnuwun Gus Baha. Mugi tansah pinaringan kesarasan lan kawilujengan,” lanjutnya.
Sontak, unggahan tersebut mendapat komentar beragam dari warganet.
“Gus baha tokoh agamawan, Mempolitisasi pertemuan dg beliau i sangatlah kotor. Jangan bawah ia ke ranah politik, Dia seorang tokoh di NU yg masih pegang teguh pada khitah NU awal. Mungkin dia satu-satunya orang yg dicintai oleh orang luar NU ketika Citra NU dirusak oleh elite NU,” tulis akun @hary4an**.
Profil Gus Baha
Dikutip dari laman Laduni.id, KH. Ahmad Baha’uddin Nursalim atau akrab dengan panggilan Gus Baha lahir pada 29 September 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Quran dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Gus Baha kecil didik oleh ayahnya secara disiplin dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf.
Berkat kedisiplinannya itu, Gus Baha yang masih berusia muda sudah mampu menghafalkan Al-Quran 30 juz beserta qiroahnya.
Dalam ilmu hadis, Gus Baha juga mampu mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim ia juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
Bahkan menurut sebuah cerita, dengan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh Gus Baha’, menjadikannya sebagai santri pertama al-Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha menikah dengan seorang anak kiai yang bernama Ning Winda dari keluara Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Menolak Gelar Doktor Honor Causa
Meski memiliki latar belakang pendidikan non-formal, Gus Baha sempat mendapat keistimewaan untuk menjadi Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Tim tersebut terdiri dari sejumlah profesor, doktor dan ahli Al-Quran seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Karena keilmuan yang dikuasainya itu, Gus Baha sempat ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII. Namun demikian, tawaran itu ditolak oleh Gus Baha.