LENTERAJATENG, SEMARANG – DPRD Kota Semarang mendorong warga peduli sampah, dengan mengelola bersama sehingga menjadi tanggung jawab semuanya. Tujuannya, agar sampah yang bersumber dari rumah tangga maupun perusahaan yang menjadi penyumbang terbesar bisa dikurangi dengan pilah dan bank sampah.
Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Suharsono menekankan, penting adanya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah. Ia berharap, kesadaran masyarakat membangun budaya bersih itu muncul dan bisa mengurangi produksi sampah dari hulu atau produsen.
“Kalau kesadaran masyarakat ini terbangun, tentu akan meningkatkan pengurangan sampah yang signifikan di mana saat ini mencapai seribu ton perhari,” kata Suharsono dalam Dialog Interaktif bersama DPRD Kota Semarang bertema Model Pengelolaan Sampah dari Hulu Hingga Hilir, di Grande Edge Hotel Semarang, Kamis (24/7/2025).
Ia menambahkan, Kota Semarang menjadi salah satu lokasi proyek strategis nasional untuk pengelolaan sampah di Indonesia dengan teknologi. Harapannya, timbunan sampah yang ada di TPA Jatibarang, bisa diolah, dan semakin sedikit residu yang masuk.
“Dan target pengurangan sampah sebesar 30 persen di masing-masing rumah tangga akan berhasil jika model penanganan sampah tersistematis dari Hulu sampai Hilir bisa berjalan dengan baik,” tuturnya.
Pihaknya juga mendukung upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang yang memiliki program unggulan yaitu Semarang Bersih. Juga ada dukungan dana dari Pemkot sebesar Rp 25 juta per RT, di mana satu poinnya untuk penanganan sampah di lingkungan.
Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Hidup Undip Prof Badrus Zaman menyebut, data sistem informasi pengelolaan sampah nasional, terdapat timbulan sampah di Kota Semarang sebesar 1.189 ton per hari. Total mencapai 434.243 ton per tahun dan 60 persen merupakan sampah organik.
“Sehingga mulai lakukan dari lingkungan kami, dari Undip bertekad sampah baik jenis organik dan anorganik jangan sampai keluar kampus, kecuali tidak bisa diolah sendiri atau limbah B3. Dampaknya bisa mengurangi dampah residu ke TPA,” tuturnya.
Ia menambahkan, model pengelolaan sampah dari hulu ini penting, untuk mengurangi sampah. Sehingga, masyarakat menjadi nyaman dan senang untuk memilah sampah yang dihasilkan baik dimulai dari dapur, industri, kantin, sekolah dan mal.
“Undip telah memiliki kandang di beberapa titik di lingkungan kami sebagai percontohan dalam upaya mengurangi sampah organik,” tuturnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Arwita Mawarti mengatakan, ada surat dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2026 yang isinya tidak mengizinkan lagi tempat pembuangan akhir sampah, menampung sampah dengan open dumping. Sehingga Pemkot Semarang terus berupaya untuk melakukan penanganan sampah di hulu dan hilir.
“Jadi penangangan hilirnya seperti apa butuh peran sinergitas dari akademisi, legislatif dan swasta serta masyarakat. Kami juga telah melakukan pendampingan pada hari sabtu dan minggu keliling dari satu kelurahan ke kelurahan lainnya. Untuk edukasi bank sampah sehingga tetap berjalan,” tuturnya.