LENTERAJATENG, SEMARANG – Doa bersama lintas agama digelar jelang hari ulang tahun (HUT) Bhayangkara ke-77 yang jatuh pada 1 Juli mendatang. Doa bersama tersebut berlangsung di Gedung Borobudur Mapolda Jateng, Kamis (15/6/2023).
Kegiatan doa bersama diawali dengan tausiah yang dilakukan oleh Habib Umar bin Ahmad Muthohar. Kemudian dilanjutkan dengan doa yang dilakukan oleh enam pemuka agama. Mulai dari agama Khonghuchu, Buddha, Hindu, Kristen, Katolik, dan Islam.
Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan, doa bersama lintas agama merupakan rangkaian untuk menyambut HUT Bhayangkara yang diperingati setiap tanggal 1 Juli.
“Doa ini dimaksudkan bahwa Polri khususnya Jawa Tengah, menjamin keamanan masyarakat khususnya menjelang Pemilu yang akan datang. Hadirnya para tokoh agama ini tentunya menghadirkan ketenangan bagi Polri dan masyarakat,” ujarnya.
Kapolda menegaskan, Polri tidak mungkin bisa berdiri sendiri untuk melakukan pengamanan. Perlu kontribusi para tokoh-tokoh agama dan masyarakat.
Ia menyebut, saat ini polarisasi di masyarakat sudah terjadi mengingat gelaran rangkaian kegiatan pemilu sudah bergulir. Di antaranya; pendaftaran calon Dewan Pimpinan Daerah (DPD), calon anggota legislatif, eksekutif, calon Presiden bahkan pemilihan kepala daerah (pilkada).
“Rangkaian ini akan menimbulkan suatu polarisasi di masyarakat kita. Kita bahu-membahu dalam memberikan cooling system agar masyarakat yang terpolarisasi kembali sejuk,” sambung Kapolda.
Sementara, ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng, Taslim Syahlan menuturkan, semua tokoh beragama mendoakan supaya peran kepolisian semakin presisi dalam menjaga keamanan di Jawa Tengah.
“Seperti tadi yang disampaikan Habib Umar Muthohar, beliau mengilustrasikan tokoh agama adalah penjaga keimanan lalu Kapolda beserta korps adalah tokoh keamanan. Lalu keimanan dan keamanan solid, insya Allah Jawa Tengah kondusif,” bebernya,
Di sisi lain, pada tahun-tahun politik ini, FKUB telah menyelenggarakan penguautan moderasi beragama di internal masing. Sebelumnya telah dilakukan bagi umat Khonghuchu, kemudian menyusul untuk umat Islam.
“Buddha, Hindu, Kristen, dan Katolik juga kami lakukan penguatan moderasi beragama di internal masing-masing,” tandasnya.