LenteraJateng, SEMARANG – Enam orang meninggal akibat penyakit leptospirosis di Kota Semarang. Penyebabnya adalah virus lebtospira yang ada pada kencing tikus.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang Nur Dian Rakhmawati, sudah ada 10 kecamatan yang ditemukan kasus leptospirosis.
Sepuluh kecamatan tersebut antaranya Tembalang lima kasus, Candisari empat kasus, Pedurungan tiga kasus, Semarang Utara dua kasus, dan Genuk dua kasus. Kemudian di Kecamatan Mijen dua kasus dan Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Ngalian masing-masing satu kasus.
“Total dari Januari sampai Oktober ada 22 kasus lebtospira. (kasus meninggal terbanyak) ada di Tembalang 2 kasus. Sisanya hanya satu kasus meningggal (Pedurungan, Semarang Utara, Genuk dan Mijen),” kata Nur Dian, Senin (24/10/2022) sore.
Nur Dian menjelaskan, virus lebtospira menyerang kekebalan tubuh ketika air kencing hewan sakit itu tertinggal dan bercampur dengan air yang kemudian masuk ketubuh manusia. Sehingga, perilaku hidup bersih dan melindungi luka terbuka menjadi antisipasi dini yang utama.
“Gunakan pelindung atau alas kaki (bila ada luka). Simpan makanan dan minuman dengan baik dan lindungi luka dengan penutup luka,” pungkas dia.
Gejala, Enam Orang Meninggal Akibat Leptospirosis di Kota Semarang
Tanda atau gejala orang terkena lebtospira yaitu demam akut (dengan atau tanpa sakit kepala). Ditambah dengan gejala lainnya seperti nyeri otot betis, muntah, diare, ruam, mata memerah dan kulit atau area putih pada mata menguning.
“(Arahan) untuk tenaga kesehatan dengan melakukan skrining deteksi dini dan tata laksana di layanan kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit. Sedangkan mengenai edukasi di masyarakt, melalui penyuluhan oleh puskesmas tentang tanda gejala dan cara pencegahannya,” tutup dia.
Leptospirosis yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan penderitanya meninggal dunia. Apalagi jika air banjir mengenai luka terbuka yang ada di tubuh manusia.
Bahkan penyakit ini memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari demam berdarah (DB). JIkan DB hanya 2-3 persen, maka Leptosirosis hampir 50 persen lebih.