LenteraJateng, SEMARANG – Pemkot Semarang canangkan delapan strategi atasi stunting. Hal ini sebagai upaya melakukan pencegahan juga penurunan angka stunting di Kota Semarang.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, Budi Prakosa mengungkapkan, ada delapan Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi.
“Tujuannya adalah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting untuk melakukannya bersama-sama antara OPD penanggung jawab layanan dengan sektor/lembaga non-Pemerintah dan masyarakat,” kata Budi, Senin (15/8/2022).
Delapan strategi untuk atasi stunting adalah analisis situasi, rencana kegiatan, rembug stunting, dan Perwali Kewenangan Desa. Selain itu juga Pembinaan Kader Pembangunan Masyarakat, manajemen data, pengukuran dan publikasi stunting, dan review kinerja tahunan.
Sementara, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menegaskan akan mensupport baik vitamin maupun makanan yang bergizi. Bahkan jika orangtua balita sibuk bekerja, peran pengganti untuk merawat sang anak akan dibanru.
Hendi juga menekankan pentingnya inovasi program dan kolaborasi antar stakeholder dalam penanganan stunting. Maka program – program yang berjalan di Kota Semarang seperti Si Bening (Semua Ikut Bergerak Menangani Stunting) dan Dashat atau Dapur Sehat Atasi Stunting harapannya bisa mendapat dukungan oleh semua pihak.
Di sisi lain, Hendi juga menyebut bahwa kasus stunting tidak hanya dialami oleh keluarga yang kurang mampu secara ekonomi.
“Penanganan stunting tidak serta merta soal pemberian makanan bergizi secara gratis tetapi juga bagaimana kita mengkomunikasikan kepada para orang tua cara merawat anak dengan baik,” bebernya.
Verifikasi Data Stunting Agar Tepat Sasaran, Delapan Strategi Atasi Stunting Terintegrasi di Kota Semarang
Orang nomor satu di Kota Semarang itu juga meminta verifikasi data stunting agar tepat sasaran penanganan. Pasalnya, data stunting dan stunted yang kerap dianggap sama, sehingga menimbulkan salah paham.
“Stunting dan Stunted adalah hal yang berbeda. Jadi jangan sampai hanya mengejar angka dengan cut off kecil tapi datanya tidak nyambung,” terangnya.
Lebih lanjut, Hendi pun meminta agar sinkronisasi data daerah dan pusat dapat menjadi perhatian besar. Agar kemudian terdapat data dukung yang valid dalam upaya penanganan nantinya
“Sebagai perhatian, bahwa prevalensi balita stunting di Kota Semarang tahun 2021 ada di angka 3,1 persen. Namun menurut studi Status Gizi Indonesia 2021 menyebutkan jika prevalensi balita stunted di Kota Semarang sebesar 21,3 persen,” pungkas Hendi.