LenteraJateng, SEMARANG – Warga Kota Semarang tentu tak asing dengan cerita seputar Tugu Soeharto. Tugu bercat putih yang menjulang itu menjadi penanda lokasi kungkum di setiap malam 1 Sura. Konon, Presiden RI ke-2 sering kungkum di tempat ini.
Menurut cerita masyarakat, daerah pertemuan Kali Kreo dan Kali Garang itu merupakan tempat aktivitas ritual kungkum para pengikut Romo Diyat. Ia merupakan guru spiritual kejawen ternama di Semarang dan sempat menjadi pembimbing spiritual Presiden ke kedua RI Soeharto.
Termasuk Soeharto juga sering kungkum di lokasi tersebut sejak masih berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai Pangdam IV Diponegoro.
Kemudian, untuk menandai lokasi kungkum Presiden Soeharto, berdirilah tugu dengan tinggi sekitar delapan meter dengan cat putih.
Lokasi Tugu Soeharto berada sejauh 100 meter di seberang Pasar Sampangan atau belakang pom bensin. Tepatnya ada di RT 6 RW 4, kelurahan Bendan Duwur, Gajahmungkur, Kota Semarang.
Tugu akan terlihat di sebelah kiri jalan saat melintas di jembatan Tugu Soeharto menuju daerah Kalipancur.
Ritual Malam 1 Sura, Cerita Tugu Soeharto
Dalam kepercayaan Jawa, memang terdapat ritual di setiap malam 1 Sura atau 1 Muharram. Banyak ritual yang biasa masyarakat lakukan seperti mandi kembang, bertapa, termasuk kungkum di pertemuan kali atau tempuran. Masyarakat percaya ritual tersebut sebagai cara untuk membersihkan diri untuk menyambut Tahun Baru Jawa/ Islam.
Meski adapula yang meyakini bahwa ritual di malam 1 Sura akan membawa berkah dan kesuksesan bagi penganut tradisi ini.
Sukarno, sesepuh setempat mengatakan masyarakat percaya pertemuan dua sungai warga memiliki tuah bagi siapa saja yang mau berendam pada malam 1 Sura di bawah Tugu Soeharto.
“Kenapa mandi di sana, karena ada sumber pertemuan dua sungai. Sudah jadi salah satu kepercayaan orang Jawa juga, selain mencari sumber sumur tujuh,” kata Sukarno, di rumahnya, Kamis (28/7/2022).
Sukarno menuturkan, air yang ada di Kaligarang atau sekitar Tugu Suharto itu juga memiliki dua suhu. Yakni sumber dari Ungaran atau Kaligarang yang bersuhu dingin, sedangkan yang berasal dari Gunungpati yaitu Kali Kreo sedangkan terasa hangat.
“Makanya kalau ada yang mandi di Tugu Suharto, bisa tahan semalaman. Karena kalau kedinginan geser ke yang hangat, terus geser lagi ke yang dingin kalau panas. Jadi nggak masuk angin kalau berendam sampai pagi,” kata pria berusia 74 tahun itu.
Tak hanya itu, sejumlah masyarakat bahkan percaya jika berendam di Tugu Suharto bisa mendatangkan berkah. Pasalnya, banyak cerita-cerita dari masyarakat yang menyebut hal serupa.
“Jadi banyak yang berendam, tirakat kesitu terus berhasil (sukses),” bebernya.
Terkait syarat-syarat khusus yang untuk mandi di Tugu Suharto, Sukarno menyebut hanya kembang dan menyan. Kembang bertujuan sebagai perantara komunikasi.
“Itu kembang, memang seringnya dikira untuk memberi makan setan. Tapi tergantung kepercayaan saja. Sebenarnya, itu untuk perantara komunikasi saja,” tutup dia.