LENTERAJATENG, JAKARTA – Erik Ardiyanto, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina baru saja meluncurkan sebuah buku. Buku yang ditulisnya berjudul “Komunikasi Politik, Aktivisme, dan Sosialisme”.
Peluncuran buku tersebut sekaligus diadakan forum seminar oleh Paramadina Communication Institute (PCI) di Aula Nurcholish Madjid Universitas Paramadina pada Rabu (21/6/2023). Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh mahasiswa, praktisi, dan akademisi ilmu komunikasi.
Erik Ardiyanto menyebut, melalui buku yang ia tulis, pembaca bisa belajar dari sejumlah tokoh politik. Yakni Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Jeremy Corbyn.
“Walaupun hingga kini proses negasi politik sosialisme sebagai jalan alternatif atas politik kapitalisme terus hilang di benak publik. Ini karena distorsi media-media dan aktor-aktor politik yang tidak menginginkan ide itu terwujud, tetapi tidak dengan 3 tokoh tersebut,” kata Erik.
Menurut Erik, mereka bertiga adalah politisi sukses yang menarasikan kembali ide-ide sosialisme modern dalam bentuk program ke publik. Seperti pendidikan gratis, jaminan kesehatan, upah minimum, energi terbarukan, kesetaraan dan emansipasi.
“Mereka berhasil menerjemahkan kembali ide-ide politik progresif dengan konteks zaman dan negaranya. Sementara kalau kita bandingkan dengan Indonesia, menjadi politisi moderat adalah pilihan semua orang agar di terima semua kalangan. Tetapi dalam kadar tertentu politik moderat hanya bisa merangkul, tetapi tidak ada perubahan politik yang mendasar di masyarakat,” jelasnya.
Ia melanjutkan, ketiga tokoh tersebut juga berhasil membikin ekosistem platfom “crowdfunding”. Yang memungkinan masyarakat berpartisipasi lewat politik dengan menyumbang orang per orang.
“Seperti kita tahu pendonor atau oligarki sering mendanai kampanye calon, akibatnya dia bisa mengintervensi kebijakan calon terkait. Selain itu, platform gerakan crowdfunding politik juga sebagai saran pendidikan politik dan membangun pratisipasi masyarakat dalam politik, ini sukses dilakukan ketiganya,” beber Erik.
Melalui buku yang ia tulis, Erik berharap menjadi semacam pembelajaran untuk membangun keyakinan kepada para aktivis mahasiswa bahwa dengan bermodal ide dan gagasan, seorang aktivis bisa sukses dalam kontestasi politik seperti ketiga tokoh tersebut.
Kolaborasi Partai Politik, Bedah Buku Erik Ardiyanto
Sementara Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini dalam sambutannya mengatakan bahwa partai politik era sekarang harus berkolaborasi untuk menciptakan suatu titik temu yang bermanfaat.
Menurut Didik, saat ini ideologi dalam partai politik itu sifatnya adalah transaksional, jadi ideologi yang ada di partai politik itu seperti pita. Kedua ujung pita tersebut bisa bertemu untuk menghasilkan sesuatu dalam lingkungan masyarakat.
“Masyarakat selalu berinteraksi dan bertukar pikiran satu sama lain. Maka dari itu, manusia dianggap institusi pertukaran (exchange). Kita belajar komunikasi itu sebagai institusi pertukaran. Komunikasi politik adalah pertukaran antara law maker dengan masyarakatnya. Dalam perdagangan internasional pertukaran antara importir dengan eksportirnya. Dan pemilu adalah para calon dengan masyarakatnya. Oleh karena itu, ilmu sosial dianggap exchange,” pungkas Didik.