LENTERAJATENG, SEMARANG – Angin Monsun Asia yang masih dominan jadi salah satu penyebab terjadinya cuaca esktrem Jateng selama tiga hari ke depan.
Dikutip dari situs BMKG, Angin Monsun atau bisa disebut juga angin musim. Merupakan angin yang bertiup dalam skala regional (skala benua) yang berubah arah azimut minimal 120 derajat dan terjadi secara periodik (6 bulan sekali).
Indonesia terkena dampak dari 2 tipe angin Monsun, yaitu Monsun Timuran dan Monsun Baratan. Angin Monsun Timuran rata-rata bertiup dari atah timur hingga tenggara dan bertiup pada bulan April s/d Oktober di setiap tahunnya.
Angin Monsun Timuran ini adalah indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia. Sedangkan Angin Monsun Baratan rata-rata bertiup dari arah barat hingga barat laut dan bertiup pada bulan Oktober s/d April di setiap tahunnya. Angin monsun Baratan ini adalah indikator musim hujan bagi wilayah Indonesia.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, Sutikno menuturkan, akan terjadi potensi curah hujan dengan intensistas sedang-lebat pada 28 Februari hingga 2 Maret 2023. Kondisi ini juga dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
“BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode tiga hari ke depan yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang,” kata dia melalui keterangan tertulis, Senin (27/2/2023) sore.
Sutikno menegaskan, himbauan ini terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
Penyebab adanya cuaca ekstrem ini, yakni aktifnya Gelombang Atmosfer Rossby di Jawa bagian Selatan. Kemudian, masih dominannya pola monsun Asia atau bisa disebut juga angin musim.
“Adanya belokan dan konvergensi di wilayah Jawa Tengah, serta didukung dengan kelembaban udara yang relatif tinggi dan labilitas lokal yang cukup labil berpotensi menyebabkan intensifikasi pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem,” bebernya.