LENTERAJATENG, SEMARANG – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah (Jateng) menilai mitigasi krisis iklim di Kota Semarang masih minim.
“Pemerintah (Kota Semarang) seakan tidak pernah belajar dari bencana-bencana yang telah terjadi sebelumnya,” kata Iqbal Alma, Manajer Advokasi dan Kampanye WALHI Jateng Iqbal Alma, Minggu (1/1/2023).
Padahal, banjir sudah menjadi agenda tahunan bahkan bulanan di Kota Semarang. Penyebabnya beragam dari air yang berasal dari air rob, kenaikan air laut, hujan.
Lokasi terjadinya pun tak banyak berubah. Hanya yang membedakan cenderung tinggi banjir yang bertambah seiring dengan intensitas rob dan hujan yang tinggi.
Lebih lagi, kini Kota Semarang juga harus menghadapi krisis iklim kian memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Imbasnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, gelombang besar, angin kencang, longsor, dan lain lain yang meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Namun, tindakan Pemkot Semarang justru melakukan pembangunan masif pada kawasan industri di daerah pesisir. Selain itu ada juga alih fungsi lahan di daerah resapan air di Kota Semarang bagian atas menjadi pusat perbelanjaan, permukiman, perguruan tinggi.
“Pembangunan kawasan industri dan infrastruktur pendukungnya juga telah dan akan menghilangkan ekosistem mangrove di titik pembangunan dan sekitarnya, ” katanya.
Padahal, ekosistem mangrove memiliki peranan yang penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim.
Selanjutnya, alih fungsi daerah resapan air di Kota Semarang bagian atas menyebabkan air hujan yang turun langsung mengalir ke Kota Semarang bagian bawah.
Air tadi juga membawa tanah akibat dari erosi dari hulu sungai hingga ke hilirnya. Akibatnya, terjadilah sedimentasi dan pendangkalan sungai.
Berkurangnya daerah resapan air dan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air hujan ini yang sejauh pengamatan kami menjadi dua dari banyak faktor penyebab terjadinya banjir di Kota Semarang.
“Pemerintah (Kota Semarang) terlalu sibuk pada urusan pertumbuhan ekonomi untuk segelintir orang- sampai lupa bahwa bencana sudah sampai seleher, ” katanya.