LENTERAJATENG, JAKARTA – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputi, sebut nama Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau akrab dengan sapaan Mbak Ita dua kali. Megawati sebut nama Mbak Ita dua kali, saat pidato penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan di Jakarta, Minggu (1/10/2023).
Beberapa hal Mega bahas dalam teks pidato penutupan, mengenai ketahanan pangan yang mempunyai implikasi terhadap fenomena stunting dan adanya konflik agraria terkait dengan ketersediaan lahan. Di tengah-tengah teks pidatonya, ia bercertita ketika berkunjung ke Vatikan City atas undangan Sri Paus, pimpinan tertinggi umat Katolik dunia.
Saat tiba di Vatikan, ia disambut penghormatan oleh pengawal Sri Paus yang disebut Garda Swiss. Megawati melanjutkan, pasukan pengawal tersebut disebut Garda Swiss karena diambil dari orang-orang Swiss yang memiliki kriteria tertentu.
Ia menyebut, anggota Garda Swiss rata-rata tingginya 2 meteran dan sangat jauh berbeda dengan tinggi badannya yang hanya mencapai 157 centimeter. Sebagai informasi, tinggi badan orang Indonesia rata-rata antara 150 sampai 160 centimeter.
Bahkan organisasi independen World Population Review pada 2023, berdasarkan survei yang mereka laksanakan telah menempatkan Indonesia dalam 10 negara dengan penduduk terpendek di dunia. Dalam survei tersebut, rerata tinggi badan penduduk Indonesia berkisar 158 centimeter.
“Aduh, manusia unggul Indonesia mestinya gini, bukan nyombong-nyombongin. Lha sekarang kena stunting, gimana ngga pusing. Untung ada Mbak Ita bukan nyombong-nyombongin, di aitu orangnya cerewet, cak-cek cak-cek (trengginas), cepet ngerti. Ibu-ibu kadang-kadang, aish… aish…, tidak ada Pelajaran yang akan diambil,” kata Megawati.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu melanjutkan, semuanya harus dibuat standar yang bagus agar ada peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. Misalnya, kemiskinan ekstrim berkurang sampai dengan 0 persen.
“Lihat Tiongkok, dengan penduduk 11,7 miliar bisa menyatakan dengan bangganya kemiskinan sudah 0 persen sampai dengan tingkat desa,” tuturnya.
Sebelumnya, pada kesempatan yang sama Megawati sudah menyebut nama Mbak Ita, saat membahas soal kedaulatan pangan. Saat itu Mega menuturkan, bahwa seluruh konsepsi kedaulatan pangan yang dibahas berhari-hari dalam Rakernas IV PDI Perjuangan hanya untuk menghasilkan konsepsi positioning baru pangan.
“Yaitu jangan sampai impor. Bisa, Mbak Ita itu coba Mbak, bikin hamburger, rotinya jangan dari gandum, bisa enak kok. Seperti mie jangan pakai terigu, sudah ada kok, saya pernah dikasih mie bahannya dari ubi jalar,”
Megawati menyebut, jika ada kemauan 10 bahan pokok lokal Indonesia bisa dihilirisasi dan melepaskan ketergantungan dari impor. Bahan-bahan pokok lokal tersebut, jika diolah dengan baik rasanya sama dan memiliki nilai gizi yang bagus.
Rakernas IV PDI Perjuangan ini, merupakan momentum penting bagi partai untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan politik yang semakin kompleks.