LenteraJateng, SEMARANG – Tambak udang yang merebak di kawasan Karimunjawa sebabkan sejumlah pencemaran lingkungan. Penyebabnya, beberapa diantara tambak tersebut tidak menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Pegiat lingkungan Karimunjawa, Bambang Zakaria, menyebutkan adanya tambak udang di kawasan Karimunjawa kini kian merebak. Hal ini tentu merugikan masyarakat dan wisatawan yang datang.
“Terus bermunculan tambak-tambak baru. Sekarang sudah merebak kemana-mana. Kalau dulu tambak udang hanya beberapa titik saja, hanya 3-4 petak,” kata Zakaria, Rabu (28/9/2022).
Masifnya penambahan tambak udang, mengakibatkan banyak masyarakat yang dirugikan, seperti petani rumput laut, nelayan dan warga sekitar.
“Air laut menjadi gatal dan lahan hijau habis digunduli untuk petak tambak udang. Dampak ke ekosistem laut sekarang sudah mulai lumut-lumut nggak jelas tumbuh,” lanjutnya.
Menurut Zakaria, tambak udang tersebut tidak memiliki pengolahan limbah. Sehingga air langsung dibuang ke laut.
“Lumut sutra yang merusak laut sekarang ini sudah ada dampaknya. Yang sangat meresahkan dunia pariwisata dampak pemandangannya itu,” bebernya.
Pemandangan yang dulunya masih hijau, sekarang telah berubah menjadi petak-petak tambak. Juga bau tak sedap menghantui warga sekitar tambak.
Zakaria berharap, pemilik tambak udang mampu mengolah limbah dan mengelola tambak secara ramah lingkungan agar tak merugikan masyarakat sekitar.
“Kemarin ada dari pemerintah memperingatkan tapi tidak digubris dan masih saja merugikan lingkungan,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa, Titi Sudaryanti menjelaskan, adanya air limbah tambak udang yang mengalir ke laut, dapat menjadi ancaman kerusakan pada terumbu karang. Meski lokasi tambak udang tidak berada di lokasi konservasi.
“Kami sudah teliti air di kawasan Karimunjawa, ada yang hasilnya ada di bawah baku mutu dan ada yang di atas baku mutu. Kami telah menghimbau kepada pemilik tambak untuk memperhatikan limbah yang dibuang ke laut,” tandasnya.