LENTERAJATENG, SEMARANG – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau akrab disapa Mbak Ita memaparkan beberapa hal, pertama mengenai Rotan Semar, Katulistiwa, Anjaswara dan Ronaldia. Istilah-istilah tersebut memang masih asing di telinga, dan masyarakat memang baru mendengarnya kali ini.
Seperti diketahui bersama, beberapa waktu terakhir pemerintah daerah di berbagai daerah di Indonesia menciptakan aplikasi dengan nama-nama yang unik dan kreatif untuk menarik perhatian masyarakat serta memudahkan pelayanan publik.
Pemerintah, memiliki tugas utama untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemberian layanan, pemerintah pun perlu memanfaatkan kemajuan teknologi. Salah satunya adalah dengan menghadirkan aplikasi pemerintahan yang dapat di-download secara mudah dan praktis.
Menariknya, beberapa aplikasi pemerintah daerah yang ada di Indonesia ini sukses menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat karena nama dan fungsinya yang unik dan mudah diingat.
Beberapa di antaranya yang diluncurkan dan dibuat oleh Pemerintah Kota Semarang. Layanan-layanan tersebut yang disampaikan oleh Mbak Ita saat Rapat Kerja Kesehatan yang digelar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, di Hotel Quest, Selasa (16/7/2024).
Pada kegiatan yang bertema ‘Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat Semarang Makin Kompak Makin Hebat Melesat Menuju Indonesia Emas’, Mbak Ita meluncurkan dan memaparkan empat inovasi pelayanan kesehatan dari Dinkes Kota Semarang.
Empat layanan tersebut antara lain, Rotan Semar, Katulistiwa, Anjaswara dan Ronaldia. Menurut Mbak Ita, Inovasi pertama, yaitu Program Pengendalian Tuberkulosis Berbasis Wilayah di Kota Semarang atau Rotan Semar. Inovasi ini dukungan platform digital yang terintegrasi dengan Sistem Semar Betul.
Strategi dalam Rotan Semar menggunakan pendekatan pentahelix, yaitu sebuah model inovatif pengembangan dari model QuadrupleHelix yang menghubungkan akademisi, praktisi/bisnis, komunitas, pemerintah dan media untuk meciptakan ekosistem berdasarkan kreatifitas dan pengetahuan yang dilakukan secara masif, terstruktur dan terintegrasi.
Inivasi kedua Katalis Otomatis dan Integrasi, sistem teknologi informasi untuk pengumpulan data cuaca berbasis Internet of Thing (IoT) di Kota Semarang atau Inovasi Katulistiwa. Inovasi Katulistiwa bertujuan untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam pemantauan cuaca, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti analisa dampak cuaca terhadap kesehatan, peringatan dini bencana alam, pertanian, dan penelitian ilmiah.
Lalu Anjungan Kesehatan Mandiri Warga Kota Semarang (Anjaswara), program ini merupakan alat skrining kesehatan berbasis IoT yang terdiri dari tiga komponen yaitu, tinggi badan, berat badan, pemeriksaan gula, dan selanjutnya akan dikembangkan oleh berbagai skrining kesehatan.
Kemudian Robot Layanan Dinas Kesehatan Boleh Tanya Apapun ke Dia atau Ronaldia. Inovasi ini merupakan pengembangan dari RONALDO yang juga berbasis kecerdasan buatan. Robot ini yang dilengkapi dengan berbagai fitur untuk interaksi dan navigasi dengan menggunakan 6 servo untuk menggerakkan lengan kiri, kanan, dan kepala.
“Dinkes Kota semakin banyak inovasi yang dilakukan dalam rangka layanan dasar untuk masyarakat,” kata Mbak Ita usai kegiatan.
Ia berharap, dengan adanya inovasi-inovasi ini bisa membantu dan menyelesaikan permasalahan atau kasus-kasus penyakit masyarakat di Kota Semarang. Mbak Ita memastikan, pelayanan kesehatan ini akan bekerja secara optimal.
Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam mengatakan, inovasi tersebut merespons banyaknya keluhan kesehatan dari masyarakat. Ia berharap dengan inovasi-inovasi itu bisa membantu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Kota Semarang.
Terkait Rakerkes, tema perubahan iklim diambil karena ternyata sangat berdampak pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, ia ingin mengingatkan pentingnya menjaga kebugaran di tengah perubahan iklim yang signifikan.
“Kami melihat mulai 2023 sebetulnya perubahan iklim dilihat siklus 10 tahun, tapi yang kita lalui di 2023 kemarin, ternyata berlanjut di tahun 2024. Sehingga kita lakukan upaya-upaya mitigasi, adaptasi, dan sudah tersampaikan,” tuturnya.