LENTERAJATENG, SEMARANG – Vita Marandika, pemilik Arteo Jaya, berlokasi di Jalan Kyai Surgi Nomor 24 RT 02 RW 02 Kelurahan Pasekaran, Batang ini selalu laris oleh pengunjung.
Buka sejak pukul 7.00-21.00, di tokonya melayani transaksi pembayaran tagihan, pembelian pulsa telepon seluler dan token listrik, membayar pinjaman, pengisian akun dompet digital, pembayaran pinjaman, pembayaran pajak, hingga pencairan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).
“Awalnya saya ingin membuka PPOB (Payment Point Online Banking, red), kemudian ada kawan menyarankan membuka BRIlink karena belum ada di daerah sekitar rumah,” terangnya pada Lentera Jateng, Sabtu (9/12/2023).
Diakui oleh Vita, di awal ia tidak ada niatan membuka Brilink.
Selain karena tidak tahu, ia juga khawatir dengan persyaratan pendaftaran yang sulit.
Namun atas rekomendasi sang kawan, Vita pun mengunjungi kantor BRI yang berjarak sekitar 2,2 kilometer dari tempatnya tinggal.
Ia bertanya-tanya ke pihak BRI apakah bisa mengajukan diri sebagai agen BRIlink.
“Alhamdulillah bisa, diproses cepat setelah seluruh persyaratan administrasi dipenuhi,” ujar Vita.
Diakuinya, menjadi agen BRIlink tanpa modal, bahkan dibantu oleh BRI berupa MMT penanda agen Brilink.
Ia bergabung sebagai agen BRIlink pada Desember 2017.
Keuntungannya, penjualan produk-produk kelontong di warungnya juga meningkat, sehingga menambah omzet warung.
Namun mulai muncul masalah ketika beberapa nasabah mencairkan transfer dengan nominal besar.
Ia tidak memiliki simpanan dana segar dalam jumlah besar.
“Awalnya hanya mengandalkan tabungan yang hanya beberapa ratus ribu rupiah, tapi ternyata makin ke sini yang transfer banyak dengan nominal besar,” kenang Vita.
Awalnya ia terpaksa menolak pencairan dengan angka yang besar melebihi saldo kas.
Tapi karena semakin hari semakin banyak yang mengenali warungnya, datang untuk mencairkan uang atau berkirim uang, ia membutuhkan modal.
Ia pun kembali menghubungi pihak BRI untuk mengajukan pinjaman modal usaha agar warungnya tetap bisa beroperasi.
Pinjamannya disetujui pada 2019 untuk menambah modal agar pencairan dalam nominal besar bisa dilayani.
“Kalau tanggal muda, pencairan bisa puluhan juta, kalau tanggal tua, pencairan sekitar belasan juta,” tambah Vita.
Sebagian besar konsumen yang datang ke warungnya merupakan konsumen BRI.
Mereka memilih datang ke warungnya untuk membayar pinjaman atau membayar tagihan bank tanpa perlu mengantre panjang.
Proses pembayaran kurang dari 3 menit selesai dan beroperasi sejak pagi hingga malam hari.
Meskipun jarak dari rumahnya ke kantor hanya 2,2 kilometer atau hanya membutuhkan waktu 6 menit untuk menuju BRI Kantor Cabang (KC) Batang.
Uang bisa langsung cair dan diterima oleh nasabah.
Adapun biaya administrasi yang dibanderolnya sebesar Rp 5-25 ribu per transaksi, tergantung besaran angka pencairan.
Dalam sehari ia bisa melayani 20-30 orang yang mengurus kebutuhan mereka terkait pembayaran dan pembelian.
“Mereka memang datang karena mungkin lebih cepat dilayani, tidak antre, dan tentu lebih dekat dari rumah,” ujar Vita.
Kelebihan inilah yang membuat warungnya laris-manis oleh para konsumen.
Bahkan konsumen yang hendak transfer lain bank pun sama mudahnya melalui layanan yang dimiliki.
Selain jam operasional yang lebih panjang, layanan yang lebih cepat, warungnya juga mengakomodasi para pekerja dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Di sekitar rumah saya banyak anak kos atau perantau yang ingin mengirimkan uang untuk keluarga di desa, kalau siang kan mereka bekerja, nggak ada waktu keluar kantor untuk kirim uang,” ungkapnya.
Selepas pulang bekerja, mereka bisa keluar rumah untuk membeli makanan sekaligus mampir mengirimkan uang dan membeli pulsa atau mengisi akun belanja dalam jaringan (daring).
Bahkan sekali waktu beberapa nasabah yang datang juga bisa ngobrol atau curhat dengannya.
Vita mengaku akrab dengan beberapa nasabah yang dikenalnya dan ia pun tahu permasalahan yang dimiliki nasabah.
“Nggak cerita banyak, hanya nanya kabar dan keadaan, atau kalau lama nggak kelihatan biasanya basa-basi nanya kenapa lama nggak kelihatan,” ujarnya.
Baginya, berbincang dengan anak kos ini bisa menjadi pelipur.
Mereka punya teman ngobrol karena seharian bekerja dan jauh dari keluarga.
Meskipun akrab, Vita tetap profesional dengan para nasabah.
Ia hanya melayani nasabah yang menyediakan dana atau membutuhkan dana, tidak menyediakan pinjaman atau jasa jemput bola nasabah.
Nasabah harus datang ke warung untuk mengurus pencairan maupun pembayaran.
Terpisah, Anton Widananto, Small Business Manager (SBM) Branch Office (BO) Semarang Pandanaran menjelaskan bahwa KUR Mikro hingga Rp 100 juta dilakukan di BRI Unit, sedangkan KUR Kecil di Rp 100-500 juta dilakukan di KC maupun Kantor Cabang Pembantu (KCP).
Terkait perkembangan usaha yang semakin terdigitalisasi, tak hanya untuk penjualan, melainkan juga pola usaha yang semakin berkembang.
“Digitalisasi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, red) bertujuan sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi dari aktivitas operasional bisnis,” ungkapnya.
Selain itu, dengan adanya proses yang didigitalisasi ini akan dapat dengan mudah bagi pemilik usaha dalam melakukan analisa karena setiap transaksi terekam secara digital.
“Untuk mendorong keberlanjutan UMKM saat ini beberapa hal yang telah dilakukan Bank BRI melalui pendampingan dan konsultasi bisnis,” pungkasnya.