LENTERAJATENG, SEMARANG – Kirab budaya kedatangan Kimsin Ys Poo Seng Tay Tee atau yang sering disebut Dewa Obat baru saja digelar Kelenteng Tay Kak Sie. Wali Kota Semarang menyebut, kirab budaya ini menjadi simbol toleransi yang terjalin di Kota Semarang.
Berdasarkan cerita, dahulu pernah ada wabah penyakit di Kota Semarang. Kemudian orang-orang Tionghoa yang di Kota Semarang meminta kepada leluhur yang di negara Cina untuk memberikan semacam obat.
Akhirnya para leluhur tersebut mengirim Kimsin Ys Poo Seng Tay Tee atau yang kemudian disebut Dewa Obat. Sehingga kemudian terdapat pengobatan kepada seluruh masyarakat.
Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu yang turut menghadiri kirab tersebut menyampaikan, kegiatan ini menjadi perwujudan sikap toleransi. Untuk saling mendukung antar agama dan golongan yang sudah menjadi karakteristik masyarakat Kota Semarang.
“Tradisi ini menggambarkan bentuk toleransi, bentuk keberagaman, bentuk kerukunan umat yang menjadi satu. Ada di Klenteng Besar Tay Kak Sie yang tentu ini menunjukkan bagaimana kota Semarang menjadi salah satu dari 10 kota toleransi Indonesia,” kata Mbak Ita, sapaan akrabnya, Minggu (18/6/2023).
Wali Kota perempuan pertama di ibu kota Jawa Tengah tersebut menilai, kirab budaya ini tidak sekedar meneruskan tradisi belaka. Tetapi juga sebagai atraksi budaya potensial yang menjadi magnet bagi wisatawan.
Terlebih, acara kirab budaya dengan membawa Kimsin YS. Poo Seng Tay Tee menuju pantai dan mengelilingi Kota Semarang ini rutin setiap penanggalan Imlek 1 bulan 5. Sehingga dapat menjadi agenda dalam kalender wisata Kota Semarang.
Pengobatan Gratis, Kirab Budaya Dewa Obat
Beberapa hari sebelumnya juga telah dilaksanakan pengobatan gratis untuk 500 warga masyarakat sebagai bagian dari rangkaian acara kirab budaya ini. Pelayanan pengobatan modern, tradisional Cina atau shin shee hingga pijat refleksi disediakan termasuk tak ketinggalan donor darah yang sudah dilakukan pada Sabtu (10/6/2023) lalu.
“Terima kasih juga kepada masyarakat yang terlibat, khususnya seluruh pengurus Yayasan dan Klenteng Tay Kak Sie yang masih mau melestarikan budaya ini. Bagi generasi-generasi muda nanti setelah ini Anda harus melestarikan itu ya,” tandas Mbak Ita.