LENTERAJATENG, SEMARANG – Membantu orang yang kesulitan, tak hanya mendapatkan ganjaran pahala, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan di dalam hati.
Selain membahagiakan, membantu juga bisa mendapatkan manfaat keuangan untuk menambah pemasukan.
Usaha tak hanya bisa terus beroperasi, tapi bisa memberikan dampak dan manfaat bagi orang lain.
Hal tersebut yang dilakukan Indra Kusuma, pemilik warung Pawon Makmur yang berada di Jalan Kolobel Koebiyono Patemon, Gunungpati, Kota Semarang.
Ia merupakan agen BRILink yang telah bergabung sejak November 2021.
“Ketika saya mengunjungi kakak di Salatiga, dia punya usaha warung juga, dan menjadi agen Brilink,” ungkapnya pada Lentera Jateng, Rabu (6/12/2023).
Dari kunjungannya tersebut, ia diminta untuk bergabung agar dapat mendukung aktivitas usahanya.
Menurut sang kakak, warung yang menjual toko kelontong, akan terbantu ketika menjadi agen Brilink.
Konsumen yang datang untuk tarik-tunai, menabung, transfer, membeli pulsa, hingga membayar tagihan bisa sekalian mampir berbelanja.
Entah sekadar membeli sembako atau atau sekadar membeli jajanan.
“Selain itu, promosi untuk mengenalkan warung pun lebih mudah,” ungkapnya.
Namun yang ia tahu, untuk bisa menjadi Agen Brilink harus berjarak atau radius lebih dari 1,5 kilometer dari kantor BRI terdekat.
Setelah melakukan survei dengan kantor terdekat, Indra semakin mantap mengajukan diri sebagai Agen Brilink.
Warga Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang mengaku menjadi agen Brilink tanpa biaya dan nyaris tanpa modal.
Proses pengajuan hanya membutuhkan Nomor Induk Berusaha (NIB), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), foto lokasi usaha, dan memiliki rekening BRI.
Durasi pengajuan hingga pemrosesan sekitar lima hari kerja atau satu pekan.
“Proses cepat dan gampang, kok, saya juga dibantu oleh tim BRI,” tambahnya.
Meski persyaratan mudah dan nyaris tanpa tanpa modal, pemasukan yang ia terima dianggap bisa menjadi tambahanan warung yang sudah dikelolanya.
Ia mengaku dalam sehari mendapatkan Rp 10-20 ribu dari transaksi tarik-tunai, menabung, transfer, pembayaran tagihan, maupun transaksi perbankan lainnya.
“Transaksi usaha lumayan, 4-7 transaksi per hari, rerata 5 transaksi untuk November lalu, dan saya dapat 50% dari biaya admin,” tutur Indra.
Indra mengaku awalnya memang membuka usaha untuk mendapatkan pemasukan tambahan.
Tak disangka, sebagai Agen Brilink ia dapat membantu kuli atau tukang atau pekerja harian yang dibayar mingguan.
Para kuli ini bekerja biasanya mulai Senin-Sabtu sejak pukul 8.00-17.00, dibayar selepas kerja, dan Minggu libur.
Beberapa konsumennya bercerita sempat kesulitan berkirim uang dengan keluarga di rumah karena kendala waktu operasional bank.
“Di hari biasa nggak bisa berkirim uang karena mereka hanya istirahat 1 jam, biasanya 12.00-13.00, dan terpakai untuk makan dan ibadah,” ungkapnya.
Indra menambahkan, ketika jam istirahat pergi mengantre di bank, biasanya waktu tak cukup banyak.
Para kuli yang biasanya tak membawa kendaraan bermotor juga takut kalau harus meninggalkan lokasi kerja terlalu lama.
Dari cerita para kuli, mereka takut meninggalkan lokasi kerja dan canggung masuk ke ruang bank dengan ‘pakaian dinas’ mereka.
Meskipun saat ini sudah ada fasilitas M-Banking, sayangnya para kuli mengaku kesulitan dan takut bertransaksi secara digital.
Mereka masih khawatir bila terjadi penipuan atau uang hilang saat proses pengiriman.
Buku tabungan dan kartu debit biasanya dipegang keluarga di rumah untuk menerima dan mengambil uang.
Sementara para pencari nafkah menerima uang hasil kerja saat bank tutup beroperasi.
“Setelah mendapat uang kerja, mereka biasanya pulang, mandi, makan, sekitar Magrib datang untuk mengirimkan uang ke keluarga di rumah,” kisah Indra.
Dengan sistem transaksi digital yang tepat waktu, pengiriman dan penerimaan uang tidak mengalami jeda atau keterlambatan.
Setelah mendapat tanda terima pengiriman uang, uang sudah bisa bisa dicek dan ditarik saat itu juga.
Dari obrolan singkatnya dengan beberapa orang yang dikenal, beberapa kuli berasal dari Banyumas, Cilacap, Brebes, Blora, hingga Wonogiri.
Mereka mengerjakan proyek yang ada di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) maupun proyek swasta yang ada di Kelurahan Sekaran, Patemon, Mangunsari, Ngijo.
“Pendapatan para kuli ini sangat dinanti keluarganya di rumah untuk biaya hidup mereka,” ungkapnya.
Di kesempatan yang sama, Indra mengimbau bagi warga yang memiliki usaha di daerah dan jauh dari pusat kota maupun kantor cabang pembantu, bisa memanfaatkan kesempatan sebagai agen BRIlink.
Potensi pemasukan dan pendapatan sebagai agen BRIlink secara ekonomi bisa membantu menambah pemasukan rumah tangga dan membantu orang lain yang kesulitan mengakses fasilitas perbankan seperti tarik tunai, setor tunai, transfer, pembayaran, dan lain sebagainya.
“Mumpung kesempatan sebagai agen BRIlink masih terbuka lebar dan kompetitor masih sedikit, saran saya segera ajukan, apalagi bila tinggal di daerah yang jauh dari pusat kota,” tutupnya.
Anton Widananto, Small Business Manager (SBM) Branch Office (BO) Semarang Pandanaran
Digitalisasi UMKM bertujuan sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi dari aktivitas operasional bisnis.
“Selain itu, dengan adanya proses yang didigitalisasi ini akan dapat dengan mudah bagi pemilik usaha dalam melakukan analisa karena setiap transaksi terekam secara digital,” terangnya.
Anton menambahkan, untuk mendorong keberlanjutan UMKM saat ini beberapa hal yang telah dilakukan Bank BRI melalui pendampingan dan konsultasi bisnis.