LENTERAJATENG, SEMARANG – Anak muda bisa belajar kembangkan usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM) dari industri kopi. Industri ini dirasa mampu menjadi penopang jika terjadi resesi ekonomi 2023 nanti.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam diskusi obrolan pojok Madukoro (OPM) bersama sejumlah mahasiswa, Senin (5/12/2022) sore.
Dengan diskusi ini, menjadi ruang dengar pendapat dengan topik-topik tertentu untuk menggali pandangan dari anak-anak muda.
“Bisa menjadi bagian dari informasi, masukan untuk nanti diterjemahkan jadi bagian pengambilan keputusan,” kata Lestari.
Ia menekankan, generasi muda akan menerima tongkat estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Apalagi, akan terjadi resesi di tahun 2023 mendatang.
Untuk itu, ia merasa perlu berdiskusi kaitannya soal ketahanan hadapi resesi nanti. Termasuk mendorong anak muda untuk bisa terjun belajar kembangkan UMKM.
“UMKM membangun jejaring dan menyumbang perekonomian negara. Di Indonesia, UMKM tidak boleh dianggap enteng,” jelas Lestari.
Ia menambahkan, masyarakat perlu memahami bahwa UMKM menyumbangkan 61 persen dari total perekonomian. Bahkan menjadi penyelamat dalam situasi sulit pada awal masa pandemi lalu.
“UMKM di Indonesia banyak muncul secara tidak sengaja. Yang secara kebetulan didorong oleh faktor yg tidak dapat kita kontrol,” imbuhnya.
UMKM juga mampu bertahan karena orang Indonesia tahan banting. Patut berbangga lantaran orang-orang Indonesia merupakan bangsa yang kreatif.
“Terutama UMKM di sektor perkopian yang jika dijumlahkan, mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak,” jelas Lestari.
Sementara, Agung Kurniawan, seorang pengusaha di industri kopi menambahkwn coffee shop mulai menjamur beberapa tahun belakangan. Agung yang telah belasan tahun berkecimpung di industri kopi, melihat ini sebagai fenomena yang menarik.
“60 persen kopi Indonesia itu di ekspor. Meski harga pasaran sekarang agak tidak terkendali,” bebernya.
Namun, menurutnya, industri perkopian bisa dimulai dengan modal kecil. Dengan alat-alat sederhana dan dimulai sedikit demi sedikit.
“Di Jawa Tengah, ada 35 kabupaten/kota. 29 diantaranya merupakan daerah penghasil kopi,” tutupnya.