LenteraJateng, SEMARANG – Ada 390 alat early warning system (EWS) tanah gerak yang tersebar di tiap kabupaten/kota. Ratusan alat tersebut guna membantu deteksi dini soal bencana alam di Jateng.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Bergas C. Penanggungan mengungkapkan, pemasangan alat EWS bertujuan untuk membantu deteksi dini kejadian tanah gerak. Mengingat cakupan wilayah bencana di Jateng cukup luas.
“Itu (early warning system) alat bantu. Jangan sampai kita ketergantungan alat itu saja, karena bisa kurang waspada. Jadi yang penting kewaspadaan membaca tanda alam dan mengetahui informasi dini,” kata Bergas beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, cakupan wilayah yang luas ini, tidak semua EWS bisa menjangkaunya. Bergas menyebut, alat EWS masih perlu banyak ditempatkan di daerah lereng atau dataran tinggi.
“Mahkota (titik rawan) yang ada di dataran tinggi atau lereng jumlahnya sangat banyak kadang terlihat kadang enggak. Terus sifatnya kawasan, jadi belum bisa menjangkau keseluruhan. Tapi terpenting, tau informasi awal sebagai antisipasi dan tau apa itu tanda-tanda alam untuk kesiapsiagaan,” terang dia.
Wilayah Rawan, Ada 390 Alat EWS Untuk Deteksi Dini Tanah Gerak di Jateng
Bergas mengatakan, untuk wilayah rawan atau sering terjadi bencana yakni berada di Magelang, Cilacap dan Banyumas.
“Sebetulnya yang paling sering di Cilacap, Banyumas, Magelang, Brebes. Itu wilayah-wilayah yang terindikasi longsor beberapa kali,” bebernya.
Menyikapi hal tersebut, Bergas meminta tiap BPBD kabupaten/kota, khususnya yang daerahnya rawan untuk selalu menginformasikan prakiraan cuaca ekstrem dan peringatan bencana dini. Sebab, hal tersebut dapat menjadi antisipasi awal sebelum terjadi bencana.
“Seperti informasi cuaca ekstrem dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) kemarin, masyarakat harus tahu, agar waspada dan siap bila menimbulkan tanah longsor atau banjir. Mulai menjauh dari ruang (daerah) yang sifatnya bahaya, membersihkan selokan hingga drainase,” tandasnya.
Sebagai informasi, ada 1.550 bencana yang terjadi di wilayah Jateng sepanjang Januari hingga 13 September 2022.
Bencana tersebut antaranya ada angin kencang, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, gelombang tinggi atau abrasi, tanah longsor. Ada juga banjir, gunung meletus, kebakaran, tanah gerak dan kekeringan.