LENTERAJATENG, SEMARANG – Mal atau pusat perbelanjaan kini kian menjamur di Kota Semarang. Hal ini kemudian mendapat perhatian pakar Konomi Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Heri Prabowo.
Heri mengatakan, posisi Kota Semarang amat strategis bagi investor menanamkan modalnya. Selain menjadi simpul Jawa, juga menjadi salah satu kota dagang dan pusat jasa teraktif di Indonesia.
“Regulasi kemudahan investor menjadi payung penting bagi para investor. Investor punya prinsip ‘ada gula maka semut pun berdatangan ke situ’. Kalau saya melihat investasi di sektor ini cukup disambut hangat oleh investor,” kata Ekonom Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Heri Prabowo, Jumat (27/10/2023).
Menurutnya, para pengusaha dan pemerintah menangkap potensi kebutuhan tempat-tempat baru. Untuk mal, saat ini makin mendesak disediakan lebih banyak pilihan.
“Mereka yang beraktivitas setiap hari butuh refreshing lebih dekat, alternatifnya memang mal. Selain itu kawula muda di Kota Semarang juga banyak yang ditandai dengan perguruan tinggi ini lebih suka nongkrong dan jalan-jalan di pusat perbelanjaan modern,” ujarnya.
Ditambah lagi dengan pergeseran industri manufaktur ke daerah-daerah penyangga Kota Semarang. Terlebih, kawasan penyokong tersebut tidak banyak memiliki mal dan pusat perbelanjaan.
“Sehingga mal di Kota Semarang ini menjadi tujuan masyarakat dari daerah penyangga tersebut, karena aksesnya mudah. Seperti tol dan jalan, lalu fasilitas publik dan infrakstrukturnya perlahan mulai mendukung,” katanya.
Meski begitu, Heri menyatakan pentingnya menitikberatkan aspek lingkungan, sosial, dan budaya di tengah kemudahan investasi di Kota Semarang.
Aspek Lingkungan, Mal Kian Menjamur di Kota Semarang
Aspek lingkungan menjadi penting, menurutnya yaitu tersedianya ruang terbuka hijau. Segi sosial dapat berjalan dengan membuka lapangan pekerjaan yang mengutamakan warga Kota Semarang.
“Sebagai warga Kota Semarang bisa memberikan pelayanan yang baik, sehingga rasa aman investor pun terjaga,” ujarnya.
Termasuk menerapkan kearifan lokal dengan memberdayakan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui produk-produk tradisionalnya.
“UMKM, ini penting diberikan regulasi, artinya ketika ada pusat perbelanjaan modern bisa menggaet produk-produk warga Kota Semarang,” tandas Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPGRIS tersebut.