LenteraJateng, SEMARANG – Gamelan jadi WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) oleh UNESCO, badan dunia untuk pendidikan dan kebudayaan. Penetapan gamelan sebagai WBTB pada, Rabu (15/12/2021) lalu.
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Eris Yunianto menyebut, perlu ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan gamelan. Ia melanjutkan, predikat dari Unesco tersebut dapat menambah semangat bagi pelaku seni tradisional terutama di Jawa Tengah.
“Kami bergerak gotong-royong dengan dukungan masyarakat. Dalam konteks ini, kami sudah mencoba untuk melestarikan gamelan lewat lomba karawitan virtual, untuk para pelajar pada Oktober 2021,” kata Eris, di Semarang, Kamis (16/12/2021).
Mengenai penetapan gamelan sebagai WBTB oleh UNESCO, hal itu menurut Eris telah melalui mekanisme yang panjang. Usulanan, dari praktisi sekaligus dosen di ISI Surakarta, sekitar 2014 lalu.
Pada saat itu, gamelan bersaing dengan calon WBTB lain. Antara lain, lukisan Bali, Tempe, Kolintang dan Reog Ponorogo. Kemudian Kemendikbudristek RI mengusulkan gamelan UNESCO sebagai calon WBTB.
Hingga saat ini UNESCO sudah menetapkan 11 WBTb asal Indonesia. Antara lain, wayang, keris, batik, pendidikan dan pelatihan batik, angklung, Tari Saman, noken, tiga genre tari tradisional di Bali, seni pembuatan Kapal Phinisi, tradisi Pencak Silat, dan pantun.
“Kalau usulan dari Jawa Tengah itu ada empat yang masuk. Antara lain batik, wayang, keris dan gamelan. Ini sedang proses jamu dan tempe,” tuturnya.
Dosen ISI Surakarta sekaligus praktisi Suraji, menyambut gembira penetapan gamelan sebagai WBTB oleh UNESCO. Ia menyebut, setelah penetapan ini akan ada rencana aksi, untuk dapat membumikan dan memopulerkan gamelan di kalangan anak muda.
Ia menyebut, gamelan bukan hanya seperangkat alat musik berupa saron, gong dan bonang, kendang, rebab dan sitar. Tetapi juga terdapat nilai filosofi dan historis yang panjang dalam alat musik tradisional tersebut.
Menurutnya, informasi tentang gamelan telah terukir pada relief Candi Borobudur. Nenek moyang telah menciptakan gamelan beratus-ratus tahun lalu. Sampai saat ini, semua orang masih bisa melihat bentuknya dan mendengarkan alunan musiknya.
Tak Hanya Orang Jawa Mainkan, Gamelan Jadi WBTB oleh UNESCO
Suraji mengatakan, penetapan gamelan sebagai WBTB oleh UNESCO tidak terbatas hanya di Jawa saja. Namun, alat musik ini telah menyebar ke seluruh negeri, mulai dari Bali, Sumatera dan Kalimantan.
Ia menyebut, tidak hanya orang Indonesia yang memainkan gamelan. Berbagai bangsa sudah memainkan seperangkat alat musik itu. Bahkan, pada saat pandemi banyak mahasiswa dari Jepang yang belajar gamelan, meski melalui daring.
“Kami sudah merancang rencana aksi setelah penetapan UNESCO. Antara lain, akan membuat buku tentang gamelan. Selain itu, kami akan membuat pusat studi gamelan dan museum di mana masyarakat bisa belajar di sana,” tuturnya.
Selain pusat studi gamelan, ia juga akan membuat semacam workshop pembuatan alat-alat gamelan. Ini karena pada masa pandemi Covid-19, banyak di antara perajin gamelan yang tidak lagi berproduksi.
Itu karena, mahalnya bahan baku dan pemesanan yang jarang, imbas dari tidak adanya pertunjukan offline selama pandemi.
“Gamelan bukan sekedar alat musik, tetapi mencakup juga filosofi yang lebih dalam. Ada kebersamaan kegotongroyongan. Banyak sekali filosofi dalam konsep gamelan,” tutur Suraji.