LenteraJateng, SEMARANG – Tugas jurnalistik adalah untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran itu merupakan cahaya, sehingga pembaca akan tercerahkan dan menemukan jalannya untuk memberikan penilaian. Dari narasi tersebut, bisa mengambil makna tentang jurnalisme pembangunan, jurnalisme inspirasional, dan jurnalisme demokratis partisipatif.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Jateng Amir Machmud menyampaikan hal itu, dalam FGD “Quo “Vadis Pers dan Pembangunan”, Senin (7/3/2022). Ia mengatakan, jurnalisme pembangunan pernah mengalami hari-hari yang membuat insan pers trauma atau alergi ketika mengenal konsep-konsep padanannya.
“Ada jurnalisme Pancasila, kemudian interaksi positif pembangunan pers, pemerintah dan masyarakat. Yang saat ini dengan satu ungkapan yang sama, yaitu inspirational news,” jelasnya.
Ia melanjutkan, pers berperan menyampaikan informasi, edukasi, hiburan dan menjalankan kontrol sosial. Sesungguhnya, konsep-konsep tersebut merupakan kolaborasi kebajikan sistem pers yang pernah berlaku.
Anggota DPD RI Dapil Jateng, Abdul Kholik menambahkan, tantangan pers dan pembangunan tidak pernah berhenti.
“Melalui refleksi, saya kira kita bisa menempatkan soal positioning media. Siapa tahu kadang-kadang juga media bergerak menjadi hanya berat sepihak,” jelas Abdul.
Sementara itu, menurutnya, masalah-masalah yang ada di masyarakat harus tercover dengan baik. Apalagi di era media sosial seperti saat ini citizen journalism sangat merajalela.
“Persoalannya, informasi langsung dari masyarakat kan tidak melalui proses cek dan ricek. Berbeda dengan media yang melalui proses mekanisme dan editing penulisannya,” lanjut pria asal Cilacap itu.
Ia khawatir, dengan masifnya perkembangan digital, bisa memperkeruh berita menjadi sesuatu yang bersifat hoax.
“Resikonya, kadang-kadang itu menimbulkan efek destruktif ini karena membangun perspektif yang ada. Maka, peran pers yang terlembaga seperti ini harus terus kuat,” pungkas dia.
Editor: Puthut Ami Luhur