LenteraJateng, SEMARANG – Hujan es di Tembalang, serasa di daerah sub tropis. Fenomena hujan es ini termasuk kejadian cuaca ekstrem yang terjadi belakang ini.
Kepala Stasiun BMKG Ahmad Yani, Sutikno mengatakan, hujan es atau hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrim.
Sedangkan, kejadian hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
“Fenomena hujan es lumrah terjadi pada musim hujan karena adanya awan cumulonimbus,” kata Sutikno dalam siaran persnya, Senin (21/2/2022).
Sehingga, lanjut Sutikno, hujan lebat yang masih berupa partikel padat baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus tersebut. .
“Pada awan ini terdapat tiga macam partikel yaitu butir air, butir air super dingin, dan partikel es,” terang dia.
Pada awan tersebut terdapat beberapa fenomena dalam proses pembentukan dan pertumbuhannya. Antaranya adalah pergerakan massa udara yang kuat.
“Adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat, di dalam awan Cumulonimbus,” lanjut Sutikno.
Meski begitu, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan hujan es, walau hujan tersebut berasal dari awan Cumulonimbus.
Selain itu, pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya. Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.
Menyebut sebagai hujan es, jika memenuhi kriteria, berada di lokasi dengan luasan lima sampai sepuluh kilometer dan berlangsung singkat.
“Lebih sering terjadi pada peralihan musim, dapat mungkin terjadi pada musim hujan. Biasanya terjadi di siang dan sore hari,” tandasnya.
Editior: Puthut Ami Luhur